Ilustrasi feedloter (Istimewa)
Jakarta - Penyidik menduga ada tiga importir atau
feedloter sapi yang melakukan praktik kartel dan menghasut
feedloter lainnya untuk menahan penjualan dan meningkatkan harga daging sapi di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Kepala Sub Direktorat Industri dan Perdagangan, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, AKBP Agung Marlianto, mengatakan, sejauh ini ada 71 importir sapi yang terdaftar. Sementara, yang aktif hanya berjumlah 42 importir.
"Di Jakarta ada 14 importir. Yang punya andil memaksa ada tiga perusahaan. Mereka menghasut untuk menahan dan menaikkan harga sapi. Menggunakan paksaan. Kalau tidak diikuti, akan kena sanksi," ujar Agung, di Mapolda Metro Jaya, Senin (24/8).
Disinggung alasan ketiga importir tersebut dapat melakukan penghasutan dan pemaksaan, Agung menjelaskan, ketiganya merupakan importir besar. "Karena, mereka perusahaan yang memiliki kuota impor yang paling besar," ungkapnya.
Agung menambahkan, tiga importir tersebut mengeluarkan surat edaran agar Rumah Pemotongan Hewan (RPH) tidak memotong sapi. "Jika dilakukan, kena sanksi. Bahkan, ada intimidasi. Seharusnya, sapi itu digemukkan selama empat bulan, setelah itu bisa dipotong," katanya.
Menurut Agung, pada kuartal pertama, distribusi sapi mencapai 150.000 sampai 200.000 ekor. Bahkan, pada kuartal kedua, dapat mencapai 250.000 ekor sapi.
"Namun, pada kuartal ketiga, baru 50.000 sapi (yang didistribusikan). (Karenanya) Kami mau memberikan efek jera agar importir tidak berlaku sewenang-wenang, dengan menahan dan memainkan harga sapi. Ada 7
feedloter yang sedang diperiksa sebagai saksi dan sejumlah saksi lainnya termasuk saksi ahli," tegas Agung.