Ilustrasi pembajakan. (tonedeaf)
Singapura - Kawasan perairan Asia Tenggara ternyata masih rawan dengan kejahatan dan pembajakan kapal laut. Selama semester pertama 2015 terjadi peningkatan 22% dalam pembajakan dan kejahatan maritim di perairan tersebut.
Demikian laporan Dryad Maritime, sebuah lembaga intelijen maritim swasta yang berbasis di Inggris, pekan lalu.
Disebutkan, ada 120 insiden kapal di perairan Singapura dan Selat Malaka dengan 12 kapal yang dibajak dalam enam bulan pertama tahun ini. Adapun delapan aksi kejahatan itu berhasil dilakukan para komplotan dari sepuluh kapal kargo yang dibajak. Sedangkan dua kapal lain yakni MT Sun Birdie dan MT Orkim Harmony ditemukan dengan kargo yang masih utuh.
Di Selat Singapura dilaporkan ada 48 insiden kapal pada semester pertama tahun ini. Jumlah ini meningkat 118% dari tahun lalu. Dryad menyebutkan ada dua kelompok utama pembajak yang telah ditangkap sehingga aksi kejahatan diperkirakan menurun sementara. Namun, sindikasi tersebut juga intens merekrut anggota baru untuk melakukan serangan baru di masa depan.
"Perkembangan terbaru yang kami peroleh terkait pembajakan dan kejahatan maritim menggambarkan ketidakpastian, situasi
chaos, dan terkadang membahayakan operasi maritim global," kata Ian Millen yang juga Chief Operating Officer Dryad Maritime.
Dryad melaporkan bahwa geng-geng kriminal di Selat Singapura telah beroperasi dengan impunitas dan melakukan perampokan tiga atau lebih kapal per malam.
"Asia Tenggara perlu melakukan upaya bersama untuk mengatasi geng kriminal yang membajak kapal tanker kecil dan merampok kapal lainnya," katanya.