Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Misteri, Horror, Supranatural

Misteri, Horror, Supranatural Yuk baca cerita horor, lihat dan share penampakan mahluk gaib disini. Boleh juga membuka konsultasi ramalan,tarot dan sejenisnya

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th June 2015
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 49
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Menelusuri Misteri dan Kontroversi Sejarah SUPERSEMAR

Tepat hari ini, 49 tahun lalu muncul selembar surat yang mengguncang jagat politik Indonesia. Di Istana Bogor, Presiden Soekarno yang sebetulnya sedang istirahat dari tugas kenegaraan, tiba-tiba menerbitkan instruksi tertulis kepada Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban Soeharto.

Presiden konon membebaskan Soeharto untuk mengambil langkah apapun, demi menjaga stabilitas negara yang sedang goyah. Untuk diketahui, pada triwulan pertama 1966, Indonesia limbung karena pertikaian antar faksi di militer selepas terkuaknya G30S.

Sekilas cuma selembar surat, tapi inilah instruksi yang diartikan banyak pihak sebagai blangko kosong kekuasaan kepada Soeharto. Berkat instruksi tersebut, lahir Rezim Orde Baru setahun berikutnya.

Quote:
Berbekal surat itu pula Soeharto membubarkan Partai Komunis Indonesia, serta mencokok beberapa menteri Soekarno karena dianggap terlibat G30S. Secara de facto, sehari setelah menerima Supersemar, Soeharto sudah memerintah Indonesia.
Beredar selentingan bahwa tiga jenderal yang awalnya menemui Soekarno untuk minta arahan pengamanan negara, turut kaget karena setelah dibaca seksama inti instruksi itu adalah pergantian kekuasaan.

Para jenderal saksi kunci penyusunan naskah Supersemar ini adalah Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen Amir Mahmud, dan Brigjen Muhammad Jusuf. Tapi sebagian peminat sejarah mendapat informasi justru tiga jenderal itu memaksa Soekarno membuat Supersemar.

Di luar simpang siur informasi ini, faktanya selama Orde Baru berdiri antara 1967-1998, tak pernah jelas di mana naskah asli Supersemar.







LATAR BELAKANG


Pasca peristiwa memilukan G30S (versi pemerintah G30S/PKI) dimana Letnan Jenderal Ahmad Yani menjadi salah satu korban yang diculik dan gugur, TNI AD sempat mengalami vakum kepemimpinan. Meski Presiden Soekarno sempat menunjuk Mayor Jenderal Pranoto sebagai Caretaker Menpangad tapi setelah melalui proses kejadian yang berliku2, akhirnya Mayor Jenderal Soehartolah yang secara resmi diangkat sebagai Menpangad padatanggal 14 Oktober 1965.

Sikon di Jakarta khususnya pasca peristiwa G30S digambarkan tidak kondusif, hampir setiap hari ada demo2 dari berbagai elemen masyarakat yang meminta dibubarkannya PKI, termasuk juga demo2 mahasiswa yang dimotori oleh KAMI dan KAPPI dengan menyuarakan tuntutannya yang dirumuskan oleh Kolonel (Inf) A.J. Witono dengan nama “Tritura” (Tri Tuntutan Rakyat).

Di posisi yang berlawanan, Barisan Soekarno yang gagasan pembentukannya oleh Soebandrio untuk menyatukan loyalis Bung Karno dalam sebuah front bersama muncul menjadi kekuatan baru di awal 1966. Sikon ini menyebabkan Presiden Soekarno me-reshuffle kabinetnya dengan tetap mempertahankan Soebandrio, yang dianggap oleh publik terlibat G30S, sebagai Menlu. Hal yang kontras dilakukan oleh Presiden Soekarno dengan “menendang” Jenderal Nasution dari Kabinet padahal beliau sebagai satu2nya sasaran aksi penculikan yang lolos sudah menjadi simbol perlawanan terhadap PKI.

Tanggal 11 Maret 1966, di Istana Merdeka berlangsung sidang kabinet yang dihadiri oleh 101 Menteri, kecuali Men/Pangad Letjen Soeharto dan Menteri Perkebunan, Frans Seda. Menpangad Soeharto mengaku sedang sakit dan tinggal di rumahnya di Jalan Agus Salim, sedangkan Frans Seda meski sudah dijemput helikopter tapi tidak bersedia datang. Menurut catatan, Frans Seda sudah mengetahui bahwa sidang Kabinet bakal kacau. Ternyata, Bung Karno juga turut mengundang satu2nya pejabat yang bukan anggota Kabinet, yaitu Panglima Kodam V Jakarta Raya, Brigadir Jenderal Amirmachmud. Mungkin Bung Karno akan merasa nyaman jika ada penanggung jawab keamanan Ibukota di dekatnya.

Oleh Mayor Jenderal (Tituler) A.M. Hanafi, Dubes RI untuk Kuba, digambarkan bahwa pagi hari tanggal 11 Maret 1966, ia bersama Waperdam III Chaerul Saleh menggunakan jip keluar rumahnya dengan cepat agar tidak bertemu massa mahasiswa yang berdemonstrasi. Chaerul Saleh mengatakan bahwa banyak menteri2 yang sudah diangkut ke Istana oleh pasukan Tjakrabirawa sejak kemarin sore.











PRESIDEN MENINGGALKAN ISTANA

Dengan mata masih menahan kantuk, Presiden Soekarno membuk sidang pertama “Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan” karena malamnya Presden secara tergesa-gesa mengamankan diri ke Bogor setelah menerima surat dari Jenderal Suadi yang menginformasikan bahwa RPKAD akan menyerbu Istana untuk menangkapi menteri2 anggota Kabinet. Presiden langsung menggebrak meja & mengawali sidang dengan menuntut kesetiaan dari pembantu2nya.

Tiba2 Ajudan Presiden, Soemirat, mendekat sambil menyerahkan nota yang isinya:

“Bapak, ada unidentified force dari Glodok sedang menuju ke arah Istana. Demi keamanan, Bapak kami mohon segera meninggalkan ruangan...”

Versi lain yang menyebutkan, tiba-tiba Brigjen Saboer, Komandan Tjakrabirawa, mendekati Presiden sambil membisikkan sesuatu yang terdengar oleh ketiga Waperdam yang duduk di sampingnya. Presiden lalu berdiri dan bergegas meninggalkan sidang yang diikuti oleh Waperdam I Soebandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh, sementara Waperdam II Leimena yang mengambil alih pimpinan sidang segera menutup sidang.

Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Resimen Tjakrabirawa, AKBP Mangil Martowidjojo, berhasil mengidentifikasi pasukan tanpa identitas tapi bersenjata lengkap itu adalah 3 kompi RPKAD berdasarkan laporan dari Asisten Operasi Resimen Tjakrabirawa, Mayor (Inf) M.I. Soetardjo, yang berasal dari kesatuan RPKAD. Mayor Soetardjo juga sempat melihat bekas anak buahnya di RPKAD yang bergerak menerobos Istana lewat pintu belakang.

Mengetahui bahwa pasukan RPKAD sudah berada di istana, Brigjen Saboer secepatnya mengamankan Presiden menuju helikopter yang sudah disiapkan di halaman belakang Istana. Untuk menghindari bentrok antara pasukan Tjakrabirawa yang sudah didukung panser dengan pasukan RPKAD tak beridentitas, AKBP Mangil memerintahkan helikopter untuk terbang menjauh dari Istana. Sesudah helikopter pertama berhasil terbang ke Istana Bogor, helikopter kedua yang mengangkut Waperdam I dan III menyusul, sementara Waperdam II yang terlambat karena harus menutup sidang menyusul ke Bogor dengan mobil.

TIGA JENDERAL AD MENGHADAP PRESIDEN

Selesai sidang Kabinet, ada 4 jenderal anggota Kabinet bertemu di dekat tangga barat Istana & bahas sikon terkini:

1. Menteri Urusan Veteran, Mayjen Basuki Rachmat
2. Wamenhankam, Mayjen Moersjid
3. Menteri Perindustrian Ringan, Mayjen Jusuf
4. Pangdam V Djaja, Brigjen Amirmachmud
Kecuali Moersjid, 2 jenderal lain setuju ajakan Jusuf untuk menyusul BK ke Bogor, dengan maksud menjelaskan bahwa AD tidak ada niat "meninggalkan" BK. Namun sebelum berangkat ke Bogor, 3 jenderal itu lebih dahulu melapor ke Brigjen Alamsyah Ratu Prawiranegara yang menjabat sebagai Asisten VII/Pangad, namun direkomendasikan oleh Alamsyah untuk bertemu langsung Soeharto.


Di kediaman Soeharto, 3 orang jenderal itu bertemu Soeharto yang sedang beristirahat di rumahnya, Jalan Agus Salim, lalu Basuki Racmat memberikan penjelasan sikon terkini.

Alamsyah menjelaskan, semula hanya Basuki Rachmat yang ditunjuk Soeharto untuk menghadap BK di Bogor. Tapi karena kebetulan Kolonel CPM Maulwi Saelan adalah iparnya Jusuf, maka Jusuf sengaja diikutertakan. Selain itu, untuk menunjukkan utusan yang datang adalah perwakilan AD, pimpinan teritorial Pangdam Djaja, juga diikutkan.

Menurut Amirmachmud, setelah penjelasan Basuki Rachmat, Soeharto bilang...

"Pertama, sampaikan salam saya kepada BK. Kedua, BK tidak usah khawatir, AD tetap mempertahankan Pancasila, mengamalkan UUD 1945, mengamankan Revolusi Indonesia & bakal memelihara keamanan, asal...saya dberi kepercayaan"

Jusuf menjelaskan apa yang ia ingat bahwa Soeharto bilang...

"...bersedia memikul tanggung jawab, apabila kewenangan untuk hal itu diberikan kepada dirinya, agar semakin mantap untuk melaksanakan stabilitas keamanan dan politik, berdasar Tritura"

Sebelum berangkat ke Bogor melalui jalan darat, Jusuf sempat menyarankan mereka ber 3 membawa sten gun untuk jaga2, tapi ditolak oleh Amirmachmud dengan alasan bisa-bisa dihabisi Tjakrabirawa karena pengamanan ekstra ketat.

Ketiga jenderal itu tiba di Istana Bogor jam 13.00 tapi baru diterima BK jam 16.00 dengan raut muka masam & bilang.

"Apa saja kerja kalian? Katanya mendukung saya, mengamalkan ajaran-ajaran saya...mana buktinya?"

Mangil menggambarkan pertemuan itu awalnya sempat tegang namun jadi cair setelah Jusuf menjelaskan, kira2...

"Tidak pernah ada niat AD meninggalkan Bapak, jika AD meninggalkan Bapak, tentu kami bertiga tidak akan datang ke sini. Pangliman AD berjanji, sanggup mengatasi keadaan, asal diberi penugasan berikut dukungan kepercayaan"

BK (Bung Karno) langsung menghardik...

"Kepercayaan? Kepercayaan apalagi yang harus kuberikan kepadanya? Soeharto sudah aku angkat sebagai Panglima Pemulihan Keamanan & Ketertiban. Tapi coba, sampai sekarang malah tidak aman & tidak pernah tertib..."

Amirmachmud menjawab..."Mungkin perlu tambahan kepercayan...semacam surat perintah, misalnya..."

LAHIRNYA SUPERSEMAR


Setelah itu BK melunak lalu segera membentuk tim untuk menyusun konsep surat perintah yang terdiri dari:

- Basuki Rachmat sebagai ketua
- Jusuf sebagai anggota
- Saboer sebagai sekretaris
Draft tulisan tangan yang dibuat tim lalu diserahkan kepada BK. Setelah dibaca BK memanggil Soebandrio, Leimena & Chaerul Saleh untuk dimintai komentarnya. Oleh Soebandrio dan Chaerul Saleh, diadakan beberapa revisi yang dikhawatirkan oleh Jusuf akan mengurangi ruh (semangat) surat perintahnya. Menurut Hartini yang mengetahui peristiwa itu menggambarkan suasananya mencekam & tegang, BK bermuka suram & bolak-balik membaca rancangan surat itu dengan tangan gemetar.

Chaerul Saleh sempat bilang..."Het is beter, dat U tot God gaat bidden en vrugt zijn antwoord" ("berdoalah dulu...mohon petunjuk Tuhan").

Leimena lebih lugas..."No comment. Ik laat het helemaal aan U over" ("Tidak ada komentar. Semuanya terserah kepada pertimbanganmu").

Sementara Soebandrio mengingatkan BK..."Als u deze brief tekent dan valt U in the trap" ("Jika surat itu sudah ditandatangani, sama saja artinya kau masuk perangkat").

Meski berkali2 dibuat perubahan, BK tidak menemukan langkah lain kecuali menyetujuinya. Naskah surat itu kemudian dibawa Ajudan Presiden, Kolonel (Udara) Kardjono, lalu diserahkan kepada Mayor (Inf) Ali Ebram, Perwira Seksi 1 Tjakrabirawa untuk diketik.

Menurut Ali Ebram...

"...saya sendiri mengetiknya agak lama, karena saya tidak biasa ngetik, dan ketika sudah mulai baca isinya, kok sangat serem..."

Setelah selesai, diserahkan kembali kepada BK namun Saboer sempat berkomentar..."...secara administratif, surat ini memang masih punya kekeliruan, Kata pertama pada lembar kedua, tidak tercantum pada baris terakhir halaman pertama, sebagaimana kebiasaan surat resmi..."

Amirmachmud segera menukas..."...sudahlah, dalam revolusi kita tidak usah njlimet..."

Bung Karno tanya ke Soebandrio..."Bagaiamana Bandrio, kamu setuju?"

Menurut Soebandrio..."...bagaimana lagi, masih bisa berbuat apa saya? Bapak telah berunding tanpa kami diikutkan...kalo bisa sebenarnya lebih baik perintah lisan saja..."

Amirmachmud sedikit menekan..."Bapak Presiden, tanda tangani saja. Bismillah saja Pak!"

Akhirnya Surat Perintah itu ditandatangani oleh Bung Karno & mungkin tanpa disadari di bawahnya tertulis "Djakarta, 11 Maret 1966" padahal Surat itu dibuat & ditandatangani di Istana Bogor.


Supersemar asli ditandatangani di Bogor, tetapi yang mengherankan muncul Supersemar lain di mana ditandatanganinya di Jakarta.


Last edited by Gusnan; 18th June 2015 at 12:32 PM.
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:45 AM.


no new posts