Makam Pangeran Jayakarta di Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.
Ada versi yang mengatakan bahwa makam Pangeran Jayakarta berdomisili di kawasan Jakarta Kota sebelum akhirnya berpindah ke Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Pada 1619, ketika dikejar-kejar Belanda, Pangeran Achmad Djaketra atau yang dikenal sebagai Pangeran Jayakarta melarikan diri ke daerah Mangga Dua, di sini, ia melepas jubahnya dan melemparkannya ke dalam sumur.
(Baca cerita pertama dan cerita kedua)
Pasukan Belanda mengira Pangeran Jayakarta jatuh ke sumur, mereka kemudian menembaki sumur dan menganggap Pangeran Jayakarta sudah mati. Tempat ini selama bertahun-tahun diyakini sebagai makan Pangeran Jayakarta. Padahal, sebenarnya Pangeran Jayakarta belum meninggal.
Ia menuju ke arah Jakarta Timur. Dahulu, daerah ini masih berupa hutan dan rawa. Pangeran Jayakarta kemudian membangun sebuah tempat pertahanan sekaligus masjid yang diberi nama Masjid Assalafiyah yang artinya masjid tertua. Daerah ini kemudian diberi nama Jatinegara yang berarti pemerintahan sejati.
Pangeran Jayakarta bersembunyi di area hutan jati dan menyusun kekuatan untuk menghadapi Belanda. Demikian pentingnya tempat persembunyian ini, sampai-sampai penduduk Jatinegara Kaum dilarang menikah dengan orang di luar kampung. Masjid yang semula tak bernama itu kemudian dikenal sebagai Masjid Pangeran Jayakarta atau masjid Jatinegara Kaum. Pangeran Jayakarta menjadikan lokasi tempat beliau disemayamkan sekarang sebagai benteng selama hampir 20 tahun sampai akhirnya wafat pada tahun 1640.
Di komplek masjid yang sekarang luasnya 7.000 meter itu dimakamkan lima petinggi, yakni Pangeran Ahmad Djakerta, Lahut Djakerta, Soeria bin Pangeran Padmanegara, serta suami istri Ratu Rupiah Putri dan Pangeran Sageri. Selebihnya adalah makam keluarga beserta kerabat yang masih keturunan Pangeran Jayakarta.
Makam ini diungkap setelah 3 abad Achmad Djaketra wafat. Hal itu dilakukan untuk menghindari kekejaman VOC pada saat itu. Setelah Indonesia merdeka, pada 1960-an, barulah keturunan Pangeran Jayakarta memberitahu kepada masyarakat. Dikabarkan bahwa keberadaan makam Pangeran Jayakarta yang sebenarnya ada di Masjid Assalafiyah. Setelah mengetahui makam Pangeran Jayakarta di kawasan Jatinegara Kaum, banyak masyarakat yang ziarah.
Kini, masjid Assalafiyah ditetapkan menjadi cagar budaya dan suaka peninggalan sejarah. Pengelolaannya berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. Saat ini Masjid Assalafiyah dirawat oleh R Suprijadi Rosjid salah seorang keturunan Pangeran Jayakarta yang selain mendapat peninggalan berupa makam dan masjid juga mendapat peninggalan berupa senjata Biring Galih dan Biring Lanang, yang memiliki makna jaya di laut dan jaya di darat.
Selain mendapat amanah dari Pangeran Jayakarta selaku keturunannya, Rosjid juga mendapat Surat Keputusan Gubernur yang menyatakan bahwa ia ditugaskan sebagai juru pelihara masjid dan makam.
SELESAI.