Sudah dua bulan publik disuguhi kisruh KPK - Polri yang melelahkan. Di tengah proses tersebut, agenda pemberantasan korupsi amburadul. Komisi antirasuah itu sibuk membela personilnya sendiri dari “gempuran” polisi. Dua pimpinannya menjadi tersangka, dan satu penyidiknya tengah digarap penegak hukum pimpinan Badrodin Haiti itu. Di tengah situasi seperti ini, justru keluar sejumlah pernyataan dan keputusan dari Ketua KPK (sementara) Taufiequrachman Ruki yang jelas melemahkan institusi yang (dulu) super body ini.
Ruki pernah menuding KPK era Samad membuat hubungannya tak mesra dengan Polri. Ruki juga menyebut metode penyidikan yang serampangan oleh KPK di depan publik. Lebih jauh, Ruki mengatakan KPK terlalu sadar media dan banyak menetapkan tersangka hanya untuk meramaikan jagat pers.
Seharusnya, Ruki pandai bersikap di tengah moral para personil KPK yang sedang terpukul. Dia sendiri ketika memimpin KPK (2003-2007) tak banyak berprestasi. Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1971 ini secara mendapat kritik pedas dari berbagai pihak tentang dugaan tebang pilih dalam pemberantasan korupsi kala itu.
Ruki juga tak pernah berinisiatif, apalagi menggarap kasus raksasa seperti skandal BLBI. Jadi, meski dikenal sebagai sososk yang pertama memimpin lembaga antibegal uang rakyat ini, Ruki termasuk tipe pemimpin yang ciut nyali.
Jika sikap dan pernyataan Ruki yang bernada melemahkan tak segera ditobati, dia sama saja melakukan pembunuhan secara perlahan terhadap KPK.
Semangat Ruki yang melempem seolah menumbuk kepala para personil KPK dengan kebijakan yang mengecewakan. Misalnya, terkait pelimpahan kasus BG ke Kejagung yang oleh sejumlah pakar hukum dinilai tak berdasar hukum yang sahih.
Meskipun semua tudingan miring tersebut dibantah, ada baiknya Ruki melakukan refleksi. Semuanya demi kebaikan dan kepastian penegakan hukum.
Sebagai pemilik wajah lama di KPK hasil rekondisi, Ruki tidak boleh melakukan harakiri. Menjadi ketua KPK, Ruki harus berani umumkan perang dengan para koruptor, bukan hanya sibuk kunjungan ke sana dan ke mari yang tidak menghasilkan apa-apa kecuali semangat yang lembek.