Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > News > Surat Pembaca

Surat Pembaca Posting ataupun baca komentar,keluhan ataupun laporan dari orang-orang dengan pengalaman baik/buruk.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 13th February 2015
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 49
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Kisah Korporasi Membina 50.000 Generasi Emas Indonesia

Direktur Bandung Techno Park (BTP) Jangkung Raharjo (paling kiri) memberikan penjelasan kepada Presiden RI Joko Widodo dan CEO Telkom Group Alex J. Sinaga (paling kanan) saat berkunjung ke BTP (12/1). (Foto: Telkom Foundation)


Jakarta - Dewasa ini, perusahaan-perusahaan di dunia termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, tak bisa melulu bicara soal modal kerja, laba kotor, laba bersih, dan atau dividen/tantiem.

Lebih dari itu, meminjam istilah Ridwan Kamil (Walikota Bandung periode 2014-2019), bahwa perusahaan yang keren akan bertanggungjawab pada 3P: People, Public, dan Planet.

Ejawantah dua konsep dasar ini melahirkan frasa yang populer dengan sebutan corporate social responsibility (CSR). Atau, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia-nya adalah tanggungjawab sosial perusahaan.

Mengutip Yusuf Wibisono dalam Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (2007), CSR adalah, "Operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan."

Secara legal, CSR menjadi kewajiban bagi BUMN mengacu Peraturan Menteri Negara BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (7), bahwa Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program memberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Adapun ruang lingkupnya antara lain Bantuan korban bencana alam; Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; Bantuan peningkatan kesehatan; Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; Bantuan sarana ibadah; dan Bantuan pelestarian alam.

Hal ini juga sejalan pasal 74 UU No 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Satu regulasi lainnya adalah Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007.

Dalam pasal Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Sanksi-sanksi terhadap badan usaha atau perseorangan yang melanggar peraturan, diatur dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi administratif dan sanksi lainnya, diantaranya: (a) Peringatan tertulis; (b) pembatasan kegiatan usaha; (c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau (d) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Di sisi lain, Organization Economic Cooperation and Development (OECD) menyepakati pedoman bagi perusahaan multinasional dalam melaksanakan CSR. Antara lain memberikan kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan berdasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Kemudian mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerja sama yang erat dengan komunitas lokal, termasuk kepentingan bisnis, selain mengembangkan kegiatan perusahaan di pasar dalam dan luar negeri sejalan dengan kebutuhan praktik perdagangan,

Dan, yang terpenting versi OECD, adalah mendorong pembentukan human capital. Berangkat atas pemikiran ini, PT Telekomunikasi Indonesia melalui Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) sudah lama menerapkan konsep ini.

Terutama di sektor pendidikan dan derivatifnya, telah lahir aneka bentuk jawab sosial perusahaan. Bukan sekedar dilaksanakan, namun dikerjakan sepenuh hati agar hasilnya memang terbaik.

Kiprah Bidang Pendidikan

Kita awali dengan pendidikan dasar menengah. Hingga tahun lalu, ada 10.000 siswa pada 31 TK dan playgroup, 1 SD, 1 SMP, 3 SMK pariwisata, dan 7 SMK Telkom di bawah YPT.

Angka sebesar ini didapatkan dengan sebaran tak kalah hebat. Sebab, ada 32 kota di Indonesia yang terbentang dari terbarat (Pematang Siantar, Sumut) hingga paling timur (Jayapura, Papua) yang menjadi lokasi sekolah dasar hingga atas tersebut.

Bahkan, untuk yang paling awal didirikan, yakni Taman Kanak-kanak, sudah berdiri di Buahbatu, Kota Bandung, serta Dayeuhkolot dan Rancaekek, Kabupaten Bandung, sejak tahun 1977 lalu. Eksis sejak 35 tahun silam.

Meski pendidikan elementer, sedari dulu hingga sekarang, bertindak sebagai pembina sekolah tersebut adalah direksi PT Telkom. Kini, yang duduk di posisi tersebut adalah Direktur Wholesale & International Service PT Telkom yakni Bapak Honesty Basyir (yang sebelumnya Direktur Keuangan PT Telkom).

Selain itu, setelah melewati fase yang umumnya ketua adalah istri dari direksi PT Telkom saat itu, perubahan kemudian berlangsung di tahun 2010. Yakni ketika para pengurus tidak lagi dari keluarga direksi, namun mayoritas dari karyawan PT Telkom yang concern di bidang pendidikan.

Pada pendidikan tinggi, Telkom tentu saja punya Telkom University (TelU). Integrasi empat kampus ini membuat universitas ini langsung besar dengan jumlah mahasiswa sekira 23.000.

Inilah yang membuat Mendikbud RI 2009-2014, Prof. Muhammad Nuh saat peresmian 31 Agustus 2013 berujar," Saya pastikan bila ada tiga BUMN di Indonesia, seperti PT Telkom, turun dan membangun universitas maka 50 persen masalah pendidikan di Indonesia bisa terselesaikan!"

Bisa kita pahami, apresiasi itu muncul karena meski anggaran pendidikan APBN ditingkatkan terus, namun kompleksitas persoalan pendidikan memang sedemikian rumit sehingga problem tak langsung usai.

Terutama di jenjang usia produktif 19-25 tahun. Ternyata, mengacu data Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek, angka partisipasi kasar (APK) alias jumlah yang kuliah dibandingkan total penduduk usia 19-25 tahun di tahun 2004 hanyalah 14 persen.

TelU pun hadir dengan aneka prestasi internasional. Yang terbaru misalnya juara kompetisi tingkat Asia Pasifik, seperti diraih Tim Turangga dari Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Sistem Komputer dan Fakultas Informatika Program Studi S1 Sistem Informasi Internasional Telkom University.

Pada 27-30 November 2014 lalu di Jakarta, Turangga berhasil jadi juara Merit Winner pada ajang Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) 2014 dalam kategori Tertiary Student Project. APICTA adalah ajang kompetisi perangkat lunak se-Asia Pasifik yang diadakan sejak tahun 2001.

Sebelumnya, Tim Turangga pada Agustus lalu telah meraih juara pertama di ajang INAICTA 2014. Karena prestasi inilah mereka dapat mewakili Indonesia di APICTA 2014 .APICTA 2014 diikuti 17 negara anggota meliputi Australia, Brunei, Cina, Hong Kong, India, Indonesia, Korea, Macau, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Negara anggota APICTA bergiliran menjadi tuan rumah Awards yang menjadi program tahunan.

Tim Turangga membuat karya MonTrash (Monitoring Trash), yakni berupa aplikasi monitoring sampah yang menggunakan metode crowd sourcing, sehingga kita bisa memonitor keberadaan sampah yang menumpuk di suatu daerah.

Torehan berbagai prestasi juga dicetak Dody Qori Utama, alumnus Teknik Informatika Telkom University, dan kini menjadi dosen di almamaternya tersebut. Pada 1 Desember lalu, Dody didapuk Nasser Bin Hamad International Youth Creativity Award 2014 di University of Bahrain.

Melalui inovasi Brain Stats, yakni alat detektor otak bagi pengemudi kendaraan, Dodi memperoleh apresiasi penghargaan internasional yang diselenggarakan General Organization for Youth and Sport (GOYS) atas inisiatif His Highnes Sheikh Nasser bi Hamad Al Khalifa, Presiden Supreme Council for Youth and Sports, dan Presiden Bahrain Olympic Committee.

Pelatihan dan Sertifikasi

Selain pendidikan formal, kontribusi tanggungjawab sosial perusahaan Telkom juga diwujudkan dengan pendirian pusat pelatihan, inkubasi, hingga pusat sertifikasi yang juga melalui unit di bawah YPT ini.

Sertifikasi berupa pendirian Telkom PDC (Profesional Developement Center) dan Telkom Profesional Certificate Center (TPCC). Sejak Januari 2008, Telkom PDC didirikan dengan izin penyelenggaraan pendidikan non formalnya dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional serta Departemen Tenaga Kerja.

Telkom PDC membuat sendiri perlengkapannya seperti buku dan modul asli buatan para dosen Telkom PDC. Nama produk akhirnya ditetapkan sebagai CCDP, singkatan Certified Competency Development and Professional, pada semester II tahun 2008 --sebelum CCDP, pelatihan reguler ini bernama PCP (Professional Certification Program).

Sementara Telkom Profesional Certificate Center (TPCC) memiliki ruang lingkup terdiri dari: (1). Program pelatihan (bootcamp) profesi dan institusi untuk persiapan sertifikasi, (2). Konsultasi dan Layanan Solusi sertifikasi profesi dan institusi, (3) Audit institusi untuk sertifikasi CIQS dan kesiapan TUK (Tempat Uji Kompetensi), (4) Kerjasama Pelaksanaan Exam Certification, dan (5). Penerbitan sertifikasi TCXXX (Telkom Certified) dan TIFO (Teknisi Instalasi Fiber Optik).

Jangan lupakan pula Bandung Techno Park (BTP), pusat inkubasi usaha berbasis teknologi informasi komunikasi yang berdiri sejak 2008 lalu. Institusi ini baru saja dikunjungi Presiden Jokowi pada 12 Januari 2014 lalu.

Secara khusus, sang presiden ke-7 ini menuliskan kesan dan pesan setelah berkeliling BTP yakni berupa tulisan, "Bandung Park terus berinovasi untuk rakyat dan bangsa."

Bukan semata-mata ada apresiasi dari RI 1, namun Jokowi sebelumnya berujar, bahwa BTP akan menjadi role model atas rencana pemerintah mendirikan 100 techno park se-Indonesia. Menjadi rujukan bagi pemimpin tertinggi di negeri ini.

Niatan ini tentu saja kian meneguhkan BTP, sebagai salah satu persembahan PT Telkom bagi Bangsa Indonesia, untuk menjadi pusat riset dan inkubasi berbasis information communication technology (ICT) yang terbaik di Indonesia.

Singkat kata, PT Telkom terbukti dan teruji dalam 35 tahun ini membina hampir 50.000 siswa dan mahasiswa yang operasionalnya dilaksanakan YPT. Mereka, para generasi emas Indonesia ini, dididik dan dikelola agar daya saing Indonesia berdiri dengan gagahnya.

Kisah korporasi yang kukuh membangun peradaban negeri ini tidaklah lahir secara sederhana. Di dalamnya ada tekad, kerja keras, ikhlas, serta kesungguh-sungguhan sebuah korporasi ICT untuk bertindak nyata bagi pendidikan di tanah air.

Jadi, ini bukan sekedar menunaikan apalagi ikut tren melaksanakan CSR. Namun seluruhnya didasari tekad selalu ingin berbakti kepada negeri! ***

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:18 PM.


no new posts