
Aksi bubarkan YKS di gedung Trans Corp - (Foto: istimewa)
Setelah massa pendukung Benyamin Sueb 'melabrak' kantor Trans TV, YKS tetap tayang seperti biasa dengan mengangkat budaya Betawi. Masih layakkah YKS untuk tetap tayang?Pada tayangan Selasa (24/06/14), aksi Denny Cagur dan Ayu Dewi terlihat saling beradu pantun seperti halnya orang Betawi. Tidak hanya itu, mulai dari pakaian hingga backsound tayangan tersebut bernuansa Betawi. Banyak yang menilai, Hal ini hanyalah pencitraan agar masyarakat bisa melupakan kejadian pada Jum'at (20/06/14).
Ya, tayangan YKS pekan lalu benar-benar membekas di benak masyarakat, khususnya Betawi. Perayaan HUT Jakarta ke-487 pada 22 Juni lalu menjadi dasar dipilihnya nama Benyamin S sebagai bahan hipnotis pada tayangan YKS Jum'at (20/06/14), yang notabene legenda Betawi. Sayangnya, cara para artis pengisi YKS untuk 'memasukkan' nama Benyamin S, dalam segmen hipnotis sangatlah tidak pantas.
Caisar yang takut anjing mendapat sugesti untuk membayangkan anjing seperti alm. Benyamin S. Alhasil, dengan polos Caisar meneriaki nama Benyamin setiap kali melihat anjing.
Jika melihat ke belakang, YKS awalnya adalah program Ramadan "Yuk Kita Sahur" pada Ramadan 2013 lalu. Namun, antusias penonton yang luar biasa membuat YKS kembali tayang, dan berganti nama menjadi "Yuk Kita Smile". Sang bintang, Caisar mendadak menjadi selebriti papan atas berkat goyang caisar-nya/
YKS pun menjadi makin fenomenal. Mulai dari goyang caisar, goyang oplosan dan masih banyak lagi. Masyarakat, mulai dari anak-anak, muda, dan tua sangat menikmati acara yang tayang di Trans TV tersebut. Mereka seakan 'terbius' dengan goyangan dan komedi yang dilontarkan para artis pengisi YKS.
Tetapi, seiring perjalanannya, YKS sering menuai kontroversi. Mulai dari goyangan seronok, guyonan yang tidak pantas dan kalimat-kalimat tidak sopan.
Banyak masyarakat yang menuntut YKS untuk berhenti tayang. Namun, tidak sedikit pula yang mengelu-elukan program YKS.
Bukankah seharusnya program TV bisa mendidik masyarakat, bukannya justru mengajarkan perilaku negatif?