|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Sungai Yangtze merupakan jantung bumi bagi China. Penduduk China menjuluki Sungai Yangtze �Naga Raksasa�, hal tersebut oleh karena mahadahsyatnya terjangan arus sungai yang telah menyapu ratusan ribu penduduk dalam bencana banjir tahunan. Dari situlah semua orang bermimpi untuk menjinakkan si Naga Raksasa Yangtze.
Sebuah proyek besar yang ditaksir miliyaran dolar setidaknya telah terpikir pelaksanaannya. Disamping itu tentunya membutuhkan pengorbanan yang cukup lumayan besar. Seorang bapak modern China, Dr Sun Yat-sen, mencetuskan mimpi menjinakkan sungai di sekitar Three Gorges (Tiga Ngarai) sekaligus memanfaatkan Yangtze untuk pembangkit tenaga listrik pertama, dalam cetak biru Grand Tactics to Build up the Country pada tahun 1919. Proyek ambisius ini sayangnya terhalang oleh penundaan dan kontroversi. Survei detail yang telah dibuat pada tahun 1930-an serta 1940-an, terabaikan akibat terlindas oleh perang yang melanda China serta dunia. Gagasan Sun Yat-sen membendung Sungai Yangtze, dimaksudkan untuk mengendalikan air bah Sungai Yangtze sehingga banjir tahunan dicegah, dikendalikan. Keamanan pelayaran dan memberi tenaga listrik serta mengalirkan air terkendali kepada China bagian utara yang setiap tahun kekurangan air-Chang-jiang artinya Sungai Panjang, sebutan akrab penduduk sepanjang Yangtze, membelah secara historis geografis 6.300 kilometer dari sumber sungai gunung salju Geladandong, daerah otonomi Tibet, hingga Kota Shanghai, China, menjadi bagian utara dan selatan. Namun, tidak seluruh sungai besar ini dapat dilayari. Ketua Mao Zedong pernah pula mengangkat kembali rencana besar Sun Yat-sen tersebut pada tahun 1950-an. Namun, pendapat pro dan kontra yang pernah menjadi salah satu penghalang di masa bapak modern China kembali jadi penghalang besar, di samping masalah dana pembangunannya. Kemudian disetujui untuk membuat survei studi kelayakan 15-20 tahun. Rencana pembangunan akhirnya baru disetujui pada tahun 1992 dan tahap awal pembangunan proyek raksasa 25 miliar dollar AS Yangtse Three Gorges Dam dimulai tahun 1993 hingga tahun 1997. Tahap kedua tahun 1998-2003 dan tahap ketiga atau tahap akhir pembangunannya, yakni tahun 2004 ini hingga selesai pada tahun 2009. Dari 26 generator turbin terpasang, 14 di antaranya adalah produk lokal buatan China, sedangkan sisanya delapan buatan Siemens Jerman dan enam buatan General Electric Kanada adalah satu-satunya komponen buatan asing dalam proyek ini. Selebihnya adalah buatan dan karya tenaga lokal. Tidak keliru apabila proyek ambisius bendungan terbesar di dunia ini merupakan mahakarya insinyur China. Apalagi mengingat dana pembangunannya, 90 persen dibiayai sendiri oleh China. Three Gorges (tiga lembah), yang mengisyaratkan pada nama tiga lembah (Qutang, Wuxia dan Xiling) yang menjadi reservoir bendungan ini, memang betul-betul raksasa. Pembangunannya harus memindahkan 1,3 juta penduduk, mengeruk sekitar 134 juta meter kubik tanah, membutuhkan 28 juta meter kubik beton dan 463 ribu ton baja, setara baja yang dibutuhkan untuk membangun 63 menara Eiffel. Panjang reservoir bendungan mencapai 600 km dan dapat menampung 39,3 km kubik air sungai Yangtze. Total kapasitas pembangkit listrik mencapai 22.500 MW yang dapat mensuplai listrik sekitar 84,7 TWh. Bendungan ini memiliki 5-flight shiplocks yang dapat menampung enam kapal bobot 10.000 ton dan sebuah one-step vertical shiplift yang mampu menampung kapal 3.000 ton dari permukaan 62 meter ke permukaan 175 meter air bendungan dalam waktu cepat. Kapal kemudian melanjutkan pelayaran ke Chongqing, lebih cepat daripada shiplocks yang memakan waktu empat sampai lima jam. Megaproyek Yangtze tersebut berada di bagian tengah Ngarai Xiling, Desa Sandouping, 44 kilometer dari Kota Yichang atau sekitar 38 kilometer hulu dari Bendungan Gezhouba, bendungan pertama Sungai Yangtze, selesai dibangun tahun 1988. Bila proyek ini sudah selesai dibangun tahun 2009, akan menyulap sungai ini dari titik Yichang, di Provinsi Hubei 660 kilometer hingga ibu kota Provinsi Sichuan, Chongqing menjadi hamparan "danau" mahaluas atau dalam terminologi teknologi-reservoir (cadangan) air bendungan yang maha besar. Kedalaman sungai akan bertambah sehingga pelayaran di sungai besar ini tambah aman dan nyaman. Kapal pelayaran laut nantinya akan dapat melayari Yangtze dari Shanghai sampai Chongqing di pedalaman China. Sebagai gambaran, saat pertama kali Three Gorges Dam mulai menampung air pada 1 Juni 2003, 10 hari kemudian ketinggian air naik sampai 135 meter. Empat bulan kemudian naik menjadi 139 meter dan akan terus naik sampai ketinggian 175 meter di atas permukaan laut seiring bendungan selesai dibangun pada tahun 2009. ArusYangtze yang selama jutaan tahun mengalir deras menuju muara di Kota Shanghai pun mulai melambat masuk dalam "danau" cadangan air Bendungan Tiga Ngarai. Ketinggian air secara bertahap akan menenggelamkan ratusan desa dan kota 19 kabupaten yang dilewati Yangtze, tanah pertanian seluas 570.000 hektar, dan rumah dari 1,5 juta penduduk yang harus direlokasi ke tempat yang lebih tinggi dan aman. Hal tersebut merupakan permasalahan utama dari pembangunan proyek raksasa Yangtze Three Gorges Dam. Sungai Yangtze terkenal sebagai salah satu sungai dunia yang amat tercemar. Tidak saja oleh sampah penduduk, tetapi oleh limbah industri dari kota yang dilewati sungai besar dan panjang ini. Termasuk adalah hasil erosi akibat penggundulan hutan dataran tingginya. Proyek 25 miliar dollar AS superdam Three Gorges di Yichang diharapkan dapat mengatasi masalah pencemaran tersebut. Peninggalan sejarah peti mati gantung terletak pada 500 meter diatas permukaan Yangtze, sehingga tidak terusik oleh bendungan raksasa Three Gorges. Akan tetapi peninggalan sejarah lainnya seperti perkampungan kuno dan kuil-kuil kuno akan tenggelam tersapu Yangtze. Selain itu jalan setapak dan tangga di dinding ngarai juga akan lenyap. Jalan ini dipergunakan di masa lampau untuk para penarik kapal saat menarik kapal melawan arus Yangtze sebelum kapal bermesin mendominasi pelayaran di sungai besar ini. Upaya pemerintah China dalam mengatasi pengungsian penduduk yaitu dengan merelokasi mereka ke perkampungan baru, misalnya di Kota Wanzhou dan Wushan, kompleks perumahan dan pertokoan baru. Pemerintah memberi dana 100.000 yuan (sekitar 100 juta rupiah) per keluarga, dan menyediakan rumah lebih besar, lebih higienis. Akan tetapi tidak seluruh penduduk menerima untuk direlokasi, dikarenakan rumah tempat tinggal mereka saat ini merupakan turun-temurun dari beberapa generasi, sehingga banyak kenangan didalamnya. Di sisi lain mereka harus pindah, jika mereka ingin selamat dari �Naga Raksasa Yangtze� Rumah baru berupa gedung tinggi dan ruko (rumah-toko) kenyataannya memang lebih bagus. Bahkan di beberapa lokasi sepanjang sungai, berdiri megah indah gedung-gedung tinggi di perbukitan yang dibangun pemerintah sebagai ganti rugi bagi mereka yang terkena program relokasi tempat tinggal. Kota-kota baru dengan fasilitas jauh lebih baik, bermunculan seperti jamur di musim hujan sepanjang jalur pelayaran Chongqing, kota terbesar keempat China, sampai kota bendungan dan pusat tenaga listrik China, Yichang. Mereka yang kontra, memberi alasan superproyek tersebut akan menjadi malapetaka bagi masalah lingkungan dan tidak lebih sebagai monumen para pemimpin ketimbang karya teknologi. Mereka menuding bendungan akan memperlambat arus air, mengakibatkan endapan lumpur akan bertambah volumenya. Juga limbah pabrik akan meningkat dibuatnya. Mereka juga berpendapat danau cadangan air bendungan akan menimbulkan kabut tebal pada Kota Chongqing, menambah derita penduduknya yang sudah menderita dari pencemaran udara hasil industri yang tak terkontrol. Fenomena yang disayangkan yaitu, akankah keindahan Yangtze seindah bertahun-tahun lalu, sebelum tangan manusia menjamah Yangtze. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
nyimak dulu ndan..
![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]()
jangan lupa abis nyimak kasi komeng +rate ya ndan ..
![]() Posted via Mobile Device |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|