FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Penyu Belimbing atau Leatherback turtle (Dermochelys olivacea) Sejak awal Mei 2010, penyu belimbing telah memasuki musim bertelurnya, yang diperkirakan berlangsung hingga September. WWF-Indonesia membantu perlindungan penyu belimbing sebagai salah satu spesies kunci melalui berbagai upaya. Salah satu upayanya adalah memberikan teknik patroli di habitat peneluran penyu belimbing, pantai Jamursba Medi, daerah kepala burung Papua. Makanan kegemaran penyu belimbing adalah ubur-ubur. Itulah sebabnya, jenis tersebut banyak ditemukan di wilayah California dan Korea yang kaya ubur-ubur. Setelah 3-4 tahun bermigrasi dari tempat mencari makanannya, penyu berenang melintasi samudera Pasifik menuju pantai Jamursba Medi untuk bertelur. Penyu belimbing merupakan species endemik unik yang sulit dijumpai di belahan bumi lain. Ketika saatnya, seekor penyu betina akan merangkak naik ke pantai untuk bertelur, hingga empat kali sepanjang satu musim bertelur. Sekali bertelur, satu penyu rata-rata menghasilkan 40-50 telur. Untuk melindungi dari predator, ia mengubur telurnya. Ketika mengubur telurnya, sirip depannya mengais-ngais pasir dan mengarahkan ke bagian belakang, membuat gundukan kecil diatas lobang, sedangkan bagian sirip kakinya nampak melakukan gerakan-gerakan memadatkan tanah. Penyu betina umumnya bertelur jika mereka sudah mencapai umur 10 tahun. Sayangnya, dari puluhan telur yang dihasilkan, hanya ada satu tukik (bayi penyu) yang mampu bertahan hingga dewasa (10 tahun). Terlepas dari itu, penyu belimbing juga menghadapi ancaman kepunahan. Ancaman terbesar adalah predator alami (babi hutan dan anjing hutan) serta kapal-kapal ikan yang beroperasi di bagian lautan Pasifik dan lautan Aru. Oleh karena itu sejak tahun 1993, WWF-Indonesia menjalankan upaya konservasi penyu di Jamursba Medi diantaranya dengan menyelenggarakan pelatihan dan patroli yang melibatkan masyarakat lokal. Dengan base camp yang berlokasi di Batu Rumah, Pantai Jamursba Medi, WWF-Indonesia memfasilitasi ilmuwan yang mempelajari dan meneliti penyu belimbing. Pada 9 Juli 2010, kami mendapat kesempatan mengunjungi habitat peneluran penyu belimbing tersebut bersama CEO baru WWF-Indonesia, Efransjah. Saat yang bersamaan, sejumlah ilmuwan baik dari universitas lokal maupun luar negeri sedang melakukan penelitian dan studi mengenai penyu belimbing. Kami menyaksikanm bagaimana mereka dengan hati-hati dan seksama menunggu penyu belimbing bertelur dan mengubur telur mereka di area yang sudah diberi tanda khusus. Mereka menandai setiap penyu seraya mengamati frekuensi kehadiran penyu tersebut dan pergerakannya di pantai. Setiap malam, masyarakat lokal yang disupervisi oleh WWF-Indonesia berpatroli di sekitar pantai dan mendampingi para ilmuwan tersebut. Mengingat penyu belimbing termasuk kategori species yang terancam punah. Jamursba Medi, salah satu wilayah yang diperuntukkan bagi upaya konservasi penyu, merupakan situs kerja penting WWF-Indonesia. Kelanjutan upaya WWF di pantai tersebut adalah kunci keberlanjutan penyu belimbing di samudera kita. ![]() ![]() Ciri-ciri: Berukuran paling besar diantara jenis penyu lainnya. Panjang lengkung punggungnya berkisar antara 1,2 m - 2,4 m. Satu-satunya jenis penyu yang tidak memiliki karapas. Rahangnya sangat lunak. Bentuk punggungnya menyerupai buah belimbing. Makanan : Rahangnya yang lunak menyebabkan penyu belimbing hanya memakan makanan yang sangat lunak, yaitu ubur-ubur. Jumlah telur : � 80 butir tiap kali bertaelur. Status : sangat terancam punah |
#2
|
||||
|
||||
![]() nice thread Ndan
![]() |
![]() |
|
|