FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() 0inShare Izinkan pada kesempatan yang baik ini, saya mengucapkan terima kasih kepada istri saya. Karena pada dasarnya, istri saya selalu menentang ketika saya menjadi orang pemerintah. Saat Pak SBY minta saya menjadi Dirut PLN dan kemudian menjadi Menteri BUMN, istri saya menentang keras. Istri saya selalu menyampaikan kepada saya dan bahkan kalau ada lagi KPK menangkap orang korupsi, istri saya selalu menyeret saya ke depan televisi. ��Lihat tuh, nanti kamu seperti itu. Ditangkap di televisi seperti itu. Untuk apa? Hidup sudah makmur. Anak-anak sukses, cucu-cucu lucu-lucu. Untuk Apa? Nanti kamu ditangkap seperti itu.�� Saya akhirnya menyampaikan kepada istri saya, bahwa nanti kalau saya jadi presiden, koruptor jangan hanya dipidanakan, jangan hanya masuk penjara. Tapi harus digugat secara perdata agar harta negara bisa kembali kepada negara. Saya mengucapkan terima kasih kepada istri saya, ternyata istri saya mendukung. Bahkan hadir di forum ini. Lebih dari itu, saya lebih kaget lagi karena ternyata dia hari ini, menggunakan jilbab biru. Minta berdiri sebentar istri saya. Terima kasih. Saya sangat ingin meneruskan apa yang sudah dicapai oleh Pak SBY. Tidak gampang mencapai prestasi seperti yang dilakukan Pak SBY. Saya ingin meneruskan itu. Tidak boleh negara ini belok lagi. Harus diteruskan. Tentu dengan berbagai pembenahan. Misalnya kita harus meneruskan ekonomi kita tetap tumbuh di atas 6,3 persen. Mengapa? Ada tiga hal kenapa kita harus tetap tumbuh di atas 6,3 persen. Pertama, kita masih punya rakyat yang masih sangat miskin berjumlah sekitar 30 juta orang. 30 juta orang bisa dibilang masih 30 juta, bisa dibilang tinggal 30 juta orang. Kita masih punya yang hampir miskin 60 juta orang. Berarti total 90 juta orang ini tidak bisa diselesaikan dengan orasi, tidak bisa diselesaikan dengan agitasi. Ini hanya bisa diselesaikan dengan KERJA, KERJA, KERJA. Kita cari orang yang mau bekerja. Alasan kedua mengapa kita harus tetap tumbuh di atas 6,3 persen, kita ini negara yang besar. Kalau kita bisa tumbuh di atas 6,3 persen selama lima tahun berturut-turut, kita bisa mengalahkan Meksiko, kita bisa mengalahkan Spanyol. Kita akan bisa menjadi negara terbesar ke-9 di dunia. Spanyol yang dulu menjajah kita, bisa kita kalahkan. Tentu jangan berharap sepakbolanya bisa mengalahkan Barcelona atau Real Madrid. Itu perlu waktu. Tetapi ekonominya bisa kita kalahkan. Alasan ketiga kenapa kita harus tetap tumbuh di atas 6,3 persen karena kita ini bisa, bukan tidak bisa. Kita bisa, masalahnya kita mau atau tidak mau. Kalau pemerintah, DPR, hukum dan yudikatif bersatu, kita bisa melakukan apa saja, seperti yang Pak Dino tadi katakan. Itu bisa. Dan dengan demikian kita tinggal satu pertanyaan, mengapa setiap ekonomi kita tumbuh di atas 6 persen lima tahun berturut-turut, selalu diikuti dengan gejolak ekonomi seperti ini. Kenapa kalau tumbuh selalu gejolak? Mengapa? Tahun 2003, 2008 dan sekarang. Karena impor kita terlalu besar. Kita pernah hampir berhasil menjadi negara industri pada akhir pemerintahan Presiden Soeharto, akhir orde baru lalu. Kita hampir bisa menjadi masyarakat industri. Tapi karena mega kasus, bangsa industri kita, para industriawan kita, beralih menjadi bangsa pedagang. Dulu pedagang, kemudian beralih menjadi masyarakat industri. Gara-gara krisis beralih lagi menjadi pedagang. Impor lebih gampang daripada mengurus pabrik. Impor lebih gampang daripada mengurus buruh. Karena itu, segala macam diimpor. Bukan soal kebijakan, tetapi memang masyarakat kita sejak tahun 1998 berubah dari masyarakat industri yang hampir jadi, kembali pada masyarakat pedagang. Ini dalam lima tahun ke depan harus diselesaikan. Lebih mengubah kembali masyarakat pedagang kita menjadi masyarakat industri. Kebijakan ini harus kita lihat dalam lima tahun. Inilah yang bisa saya sampaikan pada malam ini. Tentu saya ingin ngomong hukum, pendidikan, dll, tetapi waktu hanya lima menit. Tentu tidak baik kalau saya menghabiskan waktu. Terima kasih. KERJA, KERJA, KERJA. Demi Indonesia! Terima kasih. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
setuju....
sy baca manufacturing hope senin kemarin, akhirnya ketemu cara untuk menurunkan harga tender, yaitu dg audit peserta tender.coba itu diterapkan di semua lini pemerintah. ini menyadarkan sy,selama ini sy hanya jadi pedagang/makelar,saya harus ada keahlian untuk menjadi pengusaha yang membuat barang,bkan hanya menjual |
![]() |
|
|