FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Internasional Baca berita dari seluruh mancanegara untuk mengetahui apa yg sedang terjadi di dunia. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Eks Teknisi CIA Buka Rahasia Soal Sadapan Pemerintah AS
Edward Snowden mengaku tak takut jadi buronan Pemerintah AS. ![]() Mantan teknisi yang pernah bekerja di badan intelijen, CIA, mengaku menjadi sumber bocornya informasi soal program penyadapan terhadap warga AS yang dilakukan pemerintah. Edward Snowden mengaku telah membocorkan program bernama PRISMA itu kepada harian Inggris, The Guardian. Dikutip dari Kantor berita BBC, Minggu 9 Juni 2013, Snowden memutuskan untuk keluar dari persembunyian atas keinginannya sendiri. Pria berusia 29 tahun itu sempat bersembunyi di sebuah hotel mewah di Hongkong, sejak tanggal 20 Mei kemarin. Dari sanalah Snowden memulai aksinya dengan mengirimkan beberapa dokumen terkait program penyadapan yang dilakukan oleh badan NSA dan FBI kepada harian The Guardian. Sebelumnya Snowden mengaku pernah bekerja di NSA selama empat tahun. Dia pun pernah bekerja sebagai karyawan dari berbagai kontraktor luar, termasuk perusahaan Booz Allen dan Dell, tempatnya bekerja saat ini. Dia juga mengaku pernah bekerja untuk badan intelijen AS, CIA, selama sepuluh tahun tanpa gelar sarjana sekalipun. Dalam sebuah video wawancara yang diunggah The Guardian di hari yang sama, Snowden mengatakan motifnya membongkar ini semua bukan semata-mata karena uang. Dia mengaku ingin menunjukkan kepada publik, apa yang telah dilakukan oleh pemerintah AS. "Ada banyak hal penting selain uang. Apabila motivasi saya hanya karena uang, maka saya bisa saja langsung menjual dokumen ini ke negara lain, lalu menjadi kaya," ujar Snowden. Dia mengaku tidak ingin hidup di sebuah dunia, di mana tidak tersedia ruang pribadi. Bahkan, dia menilai, ruang untuk mengeksplorasi intelektual dan kreativitas pun juga tidak ada. Snowden menyadari tindakannya itu membahayakan. Dia bahkan rela mengorbankan hidup nyaman dengan penghasilan mencapai US$200 ribu atau Rp1,9 miliar saat bekerja di NSA. "Saya bersedia mengorbankan semuanya karena nurani saya tidak mengizinkan pemerintah AS menghancurkan privasi, kebebasan di dunia maya dan kebebasan dasar bagi orang di seluruh dunia dengan mesin pengawas masif, yang secara diam-diam mereka bangun," ujarnya. Snowden mengaku tidak menyesal. Bahkan, Snowden mengaku puas karena kini program penyadapan warga AS bernama PRISMA itu menjadi perdebatan hangat di seluruh dunia. Snowden mengatakan sangat berhati-hati membocorkan dokumen yang dia peroleh dari tempatnya bekerja dulu di NSA. Dia hanya mengungkap dokumen yang terkait dengan kepentingan publik. Dia mengaku masih mengantongi beberapa dokumen lain yang kemungkinan akan berdampak besar. Namun, dia tak mau memberikannya ke media massa karena akan membahayakan banyak orang. "Itu bukan tujuan saya. Transparansi informasi lah yang menjadi tujuan utama," ujar Snowden. Sejak mengungkapkan dokumen itu, Snowden menyadari dirinya akan menjadi buronan yang paling dicari oleh pemerintah. Namun dia tidak takut. Di kamar hotel tempatnya menginap, Snowden juga melakukan tindakan pencegahan supaya tempat persembunyiannya tidak terungkap. "Supaya tidak dimata-matai, saya meletakkan bantal di depan pintu kamar hotel. Selain itu saya selalu mengenakan penutup kepala supaya tidak teridentifikasi saat menggunakan laptop," ungkapnya. Mencari suaka Kendati dia mengetahui bahwa Hongkong dan Amerika Serikat memiliki perjanjian ekstradisi, namun Snowden tetap memilih kabur ke daerah administrasi khusus di bawah Pemerintah China tersebut. Snowden yakin bahwa kota itu memiliki komitmen penegakkan terhadap kebebasan berpendapat dan hak politik yang layak. "Selain itu, hanya ada beberapa tempat di dunia ini yang mau menolak perintah dari AS. Hongkong, menurut saya dapat melakukan hal itu," ujar Snowden. Ke depan dia berharap bisa memperoleh perlindungan suaka dari negara Iceland, karena negara ini terkenal akan perlindungan kebebasan di dunia maya. Sementara itu, Direktur Intelijen Nasional, James Clapper, dalam sebuah wawancara mengatakan, kebocoran dokumen mengenai program PRISMA ini merupakan kejadian yang memalukan. Dia pun berjanji akan melacak siapa pun yang melakukan hal tersebut. "Saya berharap kami dapat melacak siapa yang melakukan hal ini karena aksi pembocoran ini benar-benar membahayakan keselamatan dan keamanan negara ini," ujar Clapper kepada stasiun televisi NBC News. Bocornya laporan mengenai program PRISMA itu terjadi pada Rabu kemarin saat harian The Guardian menulis bahwa perusahaan telepon, Verizon, diperintahkan oleh pengadilan untuk menyerahkan jutaan hasil pembicaraan telepon pelanggan mereka kepada NSA. Data yang diserahkan itu termasuk nomor telepon, durasi lamanya pembicaraan, jam, tanggal dan lokasi pembicaraan dilakukan. Informasi yang sama juga berlaku untuk pembicaraan melalui ponsel. Bahkan dalam laporan Washington Post dan The Guardian, NSA juga disebut menyadap secara langsung ke pusat server sembilan perusahaan internet ternama termasuk Facebook, Google, Microsoft dan Yahoo, sehingga mereka dapat melacak komunikasi online pelanggannya. |
![]() |
|
|