FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jakarta - Sebagai anggota dewan, sudah selayaknya memperhatikan konstituen di daerah pemilihan, hal ini secara formal disebut sebagai kunjungan kerja. Edhie Baskoro Yudhoyono memiliki cara sendiri memperhatikan konstituennya. Apa itu? Pria yang akrab disapa Ibas itu terpilih sebagai anggota DPR dari Dapil 7 Jawa Timur (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, dan Ngawi) pada Pilleg tahun 2009. Kala itu Ibas memperoleh suara tertinggi se-Indonesia dengan 327.097 suara. Fokus kunjungan kerja Ibas setidaknya pada tiga hal: Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan, Program Pengembangan UKM dan pengembangan pariwisata. Kunker Ibas dilakukan mulai 12-14 November 2012. Senin (12/11), Ibas memulai kunkernya dengan mengunjungi Desa Karangsoko, Kabupaten Trenggalek untuk meninjau program pembangunan infrastruktur desa. Saat baru turun dari mobilnya, Ibas yang datang beserta rombongan itu langsung disambut ratusan warga yang sebagian besar ibu-ibu. Meski Ibas anak seorang presiden, ia tak sungkan melayani warga yang ingin bersalaman bahkan berebut berfoto. "Lembut tangan mas Ibas," celetuk seorang Ibu usai bersalaman dengan Ibas. Anggota komisi I itu kemudian terlibat perbincangan dengan kepala desa, camat dan beberapa warga. Ibas menanyakan setiap detail pembangunan irigasi dan jalan desa yang sudah diaspal, selain mendengar aspirasi mereka. Maklum, karena memang ada peran 'tangan dingin' Ibas dalam membangun infrastruktur desa itu, yaitu berupa bantuan sejumlah dana. Begitu juga dalam program infrastruktur yang dikunjungi Ibas di Dusun Jatiroto dan Desa Tegalombo, Kabupaten Pacitan serta Desa Sumber Sari, Kabupaten Ngawi. Bahkan di Dusun Jatiroto, Ibas harus memasuki sebuah dusun dengan jalanan berkelok tanpa listrik sejauh 30 km dari pusat kota. Iring-iringan rombongan Ibas itu membelah jalanan desa yang gelap sekedar untuk meninjau seberapa efektif program Listrik Mandiri Masyarakat (LINMAR) yang digagasnya. Meski saat itu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, Ibas tampak masih bersemangat keluar masuk rumah warga hanya berbekal cahaya senter. Tak ayal, staf yang menjaga Ibas pun harus berhati-hati menjaga sang majikan agar di tengah minimnya pencahayan bisa tetap fokus dalam menyerap aspirasi warga. Tak kalah dengan program pembangunan infrastruktur desa, Ibas juga konsen dengan pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan di Dapilnya. Di Desa Sekar, Kabupaten Pacitan Ibas meninjau usaha pembuatan krupuk rumput laut. Di tanah kelahirannya ayahnya itu, Ibas sempat mencoba membuat krupuk rumput laut dan mencicipi hasilnya. "Ternyata krupuk rumput laut ini enak ya, saya akan bawa untuk jadi oleh-oleh agar pak presiden dan Ibu Ani mencoba. Ternyata produk kampung halaman lebih enak daripada tempat lain, jadi mari kita kembangkan," kata Ibas dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan pengrajin dan ratusan warga. Begitu juga di lokasi sentra produksi tempe khas Trenggalek. Ibas antusias mengikuti setiap proses pembuatan dan menanyakan hingga proses pemasaran. Tetapi saat tiba di lokasi sentra kerajinan bonggol pohon jati, di Desa Bangun Rejo, Kab Ngawi, Ibas merasa miris, karena kreasi hasil tangan anak bangsa yang diekspor hingga Eropa dan Amerika itu justru dilabeli 'Made in Africa' saat tiba di pasaran. "Hari ini saya menjadi saksi melihat secara langsung, berbicara dengan Kades dan pekerja, ternyata desa ini memiliki potensi yang luar biasa. Tetapi harus bangga dan berani menyatakan bahwa ini produk Ngawi, Indoensia" ucap Sekjen Partai Demokrat itu. Sama seperti di lokasi sebelumnya, di lokasi itu juga Ibas memberi sejumla bantuan dan sempat ikut serta memahat sebuah patung naga setinggi sekitar 1,5 meter. Rupanya suami Alya Rajasa itu tertarik dengan kreasi-kreasi unik dari bonggol pohon jati kreasi warga. Konsen Ibas berikutnya adalah pengembangan pariwisata. Beberapa lokasi wisata di dapilnya sempat dikunjungi, yaitu Pantai Prigi di Trenggalek, Goa Gong di Pacitan, dan museum Sangiran di Sragen. Tak sekedar mengunjungi pariwisata, Ibas banyak terlibat berbicara dengan kepala desa, dinas pariwisata dan warga yang tinggal di lokasi-lokasi wisata tersebut. "Di Dapil 7 punya potensi yang luar biasa, saya senang ada pantai objek wisata yang bagus dan indah. Ternyata objek wisata di sini cukup baik," kata lulusan International Political Economy, Universitas Teknologi Nanyang itu, Senin (12/11) di Pantai Prigi, Trenggalek. Terkait:
|
#2
|
||||
|
||||
![]() ![]() Pacitan - Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengisi masa resesnya dengan berkunjung ke beberapa kabupaten di daerah pemilihan (dapil)nya di Jawa Timur. Malam hari, Ibas bahkan sempat mengunjungi desa tanpa listrik untuk menengok program listrik di pedesaan. Adalah Dusun Jatiroto, Desa tumpuk, Kecamatan Bandar, Pacitan yang menjadi lokasi blusukan Ibas di malam hari, Senin (12/11/2012) malam. Perjalanan menuju Dusun Jatiroto ditempuh dengan perjalanan darat sejauh sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Pacitan. Perjalanan yang berkelok dan terjal menjadi tantangan bagi Ibas dan rombongan untuk menuju Dusun Jatiroto dengan mobil. Sepanjang perjalanan yang melalui perbukitan, hanya sesekali ditemui kendaraan yang berlalu di antara jalanan desa yang gelap. Rombongan wartawan dan staf yang sudah lebih dahulu tiba di lokasi sekitar pukul 19.00 WIB, menunggu kedatangan Ibas bersama warga. Di lokasi penyambutan yang dipusatkan di sebuah lapangan sekolah, sekitar 450-an warga desa sudah menunggu kedatangan Ibas dengan mendirikan dua panggung sebagai panggung utama dan panggung bagi warga. Akhirnya, Ibas yang berangkat dengan Patwal tiba di Dusun Jatiroto sekitar pukul 21.00 WIB. Kedatangan Ibas ini spontan membuat warga menyemut saat Ibas baru saja turun dari mobil. "Walau jalan cukup berkelok-kelok, alhamdulillah rombongan bisa sampai dengan santai dan tidak mengantuk. Kalau kami di Jakarta panas, seringkali masih AC, di sini sejuk sekali," kata Ibas dalam sambutannya. Dusun Jatiroto adalah dusun tanpa listrik yang dihuni 450 KK. Pada bulan Agustus 2012 Ibas menggandeng Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk menggagas program Listrik Mandiri Masyarakat (Linmar) untuk menerangi dusun. Yaitu dengan memberikan bantuan berupa 305 aki yang digunakan sebagai sumber listrik, menggantikan listrik PLN. Nah, kedatangan Ibas dan rombongan adalah untuk menengok program Listrik Mandiri Masyarakat (Linmar) seberapa efektif dan membantu bagi warga. "Kunjungan pada malam hari ini di Pacitan merupakan kunjungan rutin selaku anggota DPR, wakil rakyat panjengan sedoyo untuk memastikan dan melihat apa saja yang sudah direalisasikan dan program yang sudah direncanakan pemerintah," sambung Ibas. Usai mengisi sambutan, Ibas mengunjungi langsung rumah warga yang menggunakan listrik bersumber aki. Rumah pertama yang dikunjungi Ibas adalah sebuah rumah berdinding bilik dan berlantai semen. Dua orang anak yang tengah belajar menggunakan lampu minyak, menyambut Ibas yang masuk ke dalam rumah. Ibas terlibat perbincangan dengan dua anak SD yang tampak tengah menulis dan membaca buku dengan penerangan seadanya itu. Pemilik rumah kemudian menyalakan lampu bersumber aki yang dimaksud program Linmar. Klik! Lampu itu menyala. Meski tak signifikan membantu penerangan rumah, namun lampu kecil yang menyala dari tenaga aki itu cukup sebagai sumber penerangan. Begitu juga di rumah kedua yang dikunjungi Ibas. Di rumah ini bahkan masih berlantai tanah. Sama seperti di rumah sebelumnya, Ibas terlibat perbincangan dengan penghuni rumah di tengah-tengah gelapnya rumah. Bahkan, tidak saja listrik yang kurang, sinyal telepon seluler tidak ada sama sekali di dusun ini. "Masih berlantai tanah ya?" Tanya Ibas sedikit terkejut. "Iya," jawab ibu yang mendampingi anaknya belajar. "Bupati pernah ke sini?" Tanyanya lagi. "Sering," jawab warga lain. "Pelan-pelan kita tata ya. Paling tidak lampunya sudah nyala. Jangan sampai dengan Linmar malah nggak semangat, harus dobel semangatnya ya," ucap Sekjen Demokrat itu memotivasi. Setelah sekitar satu jam blusukan di rumah warga yang minim penerangan, Ibas dan rombongan kemudian meninggalkan dusun Jatiroto. Dalam kesempatan itu sebelumnya Ibas sempat memberi televisi 32 inch dan alat penggiling ketela sebagai simbolis. |
![]() |
|
|