Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Mobil & Motor > Motor

Motor Wadah berkumpulnya pecinta, hobby, pemilik Motor.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 20th October 2012
KabelBusi's Avatar
KabelBusi KabelBusi is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Oct 2012
Posts: 956
Rep Power: 14
KabelBusi mempunyai hidup yang Normal
Default Sebuah Ikhtiar Untuk Safety Riding

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



jika berkenan TS sangat senang bila diberi bagi yang sudah ISO:





Berkendara secara aman (Safety riding) bermula dan berakhir dari �ikhtiar sehat� secara total.



Mulai dari psikis (mental), fisik, kekuatan otak untuk berkonsentrasi, hingga urusan mengecek volume ban dan kampas rem. Semuanya harus dalam kondisi sehat. Sia-sia, misalnya, mengulik kendaraan agar tampil prima, namun mental kita ruwet nyaris depresi. Salah-salah malah uring-uringan di jalan. Kecelakaan lalu lintas disumbang oleh perilaku �liar� seperti itu.



Pengingatan ini penting. Betapa perkara berkendara aman atawa Safety Riding ini terlampau penuh dengan jebakan halus dan rintangan samar - tetapi berakibat gawat.



Berkendara adalah bioritme (siklus hidup) manusia modern yang berjenis day to day activity (dilakoni harian). Olehnya menggiring kita untuk meminggirkan urusan safety riding ini ke urutan paling belakang. Padahal mestinya inilah yang jadi prioritas.



Penyebabnya adalah pengulangan-pengulangan. Hari-hari kita diisi dengan itu semua: jalan ke kantor, antar anak sekolah, hingga berbelanja �dengan menggunakan kendaraan. Saking rutin, akhirnya membuka berbagai kelalaian.



Lupa berdoa (sebagai ikhtiar jiwa, mempersiapkan mental). Abai untuk tampil bugar (misalnya tidur cukup). Hingga menyepelekan kesiapan otak (agar bisa konsentrasi penuh). Inilah jebakan halus dan rintangan samar itu, yang tak lain adalah pengabaian. Kita sebut saja gejala ini bersumber dari �hantu rutinitas�.



Hantu Rutinitas

Alangkah membosankan! Tentu, jika itu maksudnya kita harus membuat check list nan detil. Misalnya membuat persiapan dari tahap ke tahap. Mengkondisikan badan bugar dengan tidak melotot di malam hari; berdoa panjang-panjang; memeriksa motor atau mobil dari pentil sampai oli; seraya bermeditasi untuk mengundang pikiran jenrih (konsentrasi matang).



Bukan itu. Sebab kita hidup di atmosfir Jakarta yang gemuruh, dan bukan di Bhutan negeri paling damai di ujung langit Himalaya. Waktu berkejaran tanpa bisa ditunda. Siapa tangkas, siapa tuntas. Siapa lelet, akan terpepet.



Sekurangnya ada perhatian, dan take care. Paling penting adalah meletupkan kesadaran dalam diri, bahwa sesingkat apapun, pengecekan terhadap kondisi kendaraan adalah penting. Ini, jika dilakukan, lama kelamaan mempertajam naluri kita. Dengan refleks, kita tahu apakah motor atau mobil kita bermasalah (seorang sopir kaliber, akan tahu mesin tak beres hanya melalui bunyi getaran). Muara dari pembiasaan ini adalah membentuk karakter berkendara.



Hilang Karakter


Maka tak berlebihan bila titik tekan kampanye safety riding sebaiknya fokus di kisaran ini. Tak lain menyentil karakter kita dalam berkendara di jalan.



Mengingatkan secara kreatif dan tak membosankan seputar persiapan-persiapan dasar berkendara �dan ini urusan mentalitas serta kebiasaan. Seraya meneguhkan prinsip bahwa konsentrasi di jalan, kehatia-hatian, dan berkendara dengan aman, adalah bersumber dari kondisi mental yang siap.



Termasuk siap ketika berhadapan dengan apapun yang menjengkelkan. Melipat gandakan kesabaran dan pertahanan diri untuk tidak murka, jujur saja, adalah salah satu faktor penting yang harus hadir, tatkala kita berlaga di jalan Ibu Kota.



Siapa bisa munafik? Bahwa jalan raya kita nyaris jadi belantara tanpa raja (karena semua ingin jadi pihak paling perkasa, paling kuat dalam melanggar aturan). Tak orang kaya, tak orang elit, apalagi para preman dan berandalan. Berlomba-lomba menyabot jalur Bus Way Trans Jakarta, misalnya, adalah contoh paling mencolok. Nah, bukankah ini gangguan paling intens di jalanan? Kalau mental kita pecundang, tentu akan ikut-ikutan. Sehingga melebarkan peluang terjadinya aneka kecelakaan lalu lintas.



Bukan berarti urusan-urusan lain menjadi sirna. Bagaimanapun kendaraan harus tetap optimal disiapkan. Begitupun dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan standar dalam berkendara - seperti menyiapkan helm untuk pengendara motor dan memakai safety belt di mobil. Semuanya juga perlu. Namun, jika semata-mata urusannya teknis, maka cenderung membosankan. Sehingga menggoda kita untuk melanggar.



Beda bila karakter kita dalam berkendara sudah terbentuk. Akan lain, jika prinsip safety riding sudah menjadi way of life kita, mengejawantah sebagai naluri, maka semua itu akan ringan saja. Mudah-mudahan kita semua menjadi individu yang selalu nyaman dengan perilaku aman berkendara. Insya Allah



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 10:20 PM.


no new posts