Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 21st June 2010
blueparadise's Avatar
blueparadise
Super Moderator
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 5,258
Rep Power: 114
blueparadise has disabled reputation
Default Cara Efektif Deteksi 3 Jenis Kanker

Saat ini pemerintah sedang menggalakan deteksi dini untuk kanker serviks (leher rahim), yaitu bisa dengan cara IVA, pap smear, thin prep dan kolposkopi. Tapi sebenarnya cara mana yang paling efektif untuk mendeteksi kanker serviks?

Kanker serviks adalah adanya pertumbuhan sel abnormal atau kanker yang terjadi pada daerah leher rahim atau serviks. Saat ini diduga penyebab kanker serviks adalah human papilloma virus (HPV), meskipun ada beberapa jenis HPV yang menyerang manusia dan bisa hilang dengan sendirinya.

"Sebaiknya seorang perempuan melakukan pemeriksaan untuk kanker serviks ini 2 sampai 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual, tapi juga disarankan bagi orang yang belum melakukan hubungan seksual sama sekali," ujar Dr. dr. Junita Indarti, SpOG (K) dalam acara seminar Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita Indonesia, di Laboratorium Prodia, Jakarta.

Junita menambahkan kanker serviks tidak terjadi begitu saja, tapi melalui beberapa tahapan seperti tahapan NIS 1, 2 dan 3 lalu mencapai Carcinoma in situ (stadium nol) lalu mulai masuk ke stadium 1 kanker. Untuk itu banyak orang yang mengalami kanker serviks pada usia 45 sampai 55 tahun, maka jika seseorang dapat memutuskan mata rantai tersebut melalui deteksi dini proses penyembuhan akan lebih cepat. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks, yaitu:

1. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat).
Pemeriksaan ini dengan cara mengoleskan leher rahim lalu dipulas dengan asam asetat 5 persen, ditunggu selama 3 menit. Lalu dilihat dengan mata telanjang jika tidak ada perubahan warna atau tidak muncul warna putih, maka hasilnya negatif. Pemeriksaan ini bisa dilakukan di puskesmas dan biayanya relatif murah yaitu sekitar 10 ribu sampai 20 ribu.

"Pemeriksaan melalui IVA ini sensitivitasnya bagus tapi untuk spesifikasinya kurang bagus, sehingga jika untuk deteksi dini saja bisa dengan melakukan IVA," ujar Junita.

2. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh perempuan yang telah melakukan hubungan seksual dan dilakukan secara rutin. Caranya dengan mengambil getah leher rahim lalu dipulas di atas slide dan difiksasi dengan cairan tertentu lalu dilihat dengan mikroskop. Nantinya bisa dilihat apakah sel leher rahim tersebut abnormal atau tidak setelah dibandingkan dengan sel leher rahim yang normal. Biaya yang harus dikeluarkan berkisar antara 60 ribu sampai 100 ribu.

"Pemeriksaan ini mungkin hanya mewakili 10 persen sampai 20 persen sel leher rahim, karena mungkin saja ada sel yang tidak teroles di slide," ungkap dokter 50 tahun ini.

3. Pemeriksaan Thin prep
Pemeriksaan ini memiliki ketelitian dan ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pap smear. Caranya dengan mengambil getah leher rahim lalu dicelupkan ke dalam botol yang berisi cairan fiksasi dan disentrifugasi hingga menjadi homogen, lalu diambil sedikit untuk dipulas di atas slide dan dilakukan pemeriksaan. Dapat mendiagnosa sel pra kanker dan sel kanker serviks, namun harga yang ditawarkan juga lebih mahal dan bisa mencapai 3 kali dari harga pap smear.

"Pemeriksaan melalui thin prep ini dapat mewakili keseluruhan dari sel leher rahim, sehingga tidak ada sel yang tidak terdeteksi dan mencegah terjadinya kesalahan diagnosa," tambah Junita.

4. Pemeriksaan Kolposkopi
Pemeriksaan ini menggunakan alat kolposkopi untuk melihat abnormalitas leher rahim. Alat ini menggunakan sinar kuat dan mikroskop binokuler dengan pembesaran 5 sampai 40 kali. Saat ini kolposkopi telah menjadi metode primer dalam pemeriksaan kanker serviks di beberapa negara Eropa. Cara ini harus dilakukan oleh tenaga ahli yang mengerti. Sebelumnya tenaga medis akan memasukkan cairan untuk memberi warna saluran leher rahim, lalu dilakukan pemeriksaan dengan kolposkopi dan sel yang abnormal akan terlihat. Daerah tersebut akan diambil sampelnya untuk mengetahui apa penyebabnya.

"Jika pemeriksaan sebelumnya memberikan hasil yang negatif, tapi pasien merasakan ada keluhan, sebaiknya dilakukan kolposkopi," ungkap staf Citopathology di Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM sejak 1993 ini.

Junita menambahkan cara lain untuk mencegah kanker serviks adalah dengan melakukan vaksin HPV, vaksin ini biasanya diberikan pada perempuan berusia 9 tahun sampai 26 tahun. Namun, bukan berarti perempuan yang telah divaksin tidak perlu melakukan pemeriksaan seperti pap smear. Jadi sebaiknya meskipun sudah divaksin tetap melakukan pemeriksaan IVA, pap smear, thin prep atau kolposkopi.

Tidak ada yang salah dengan semua pemeriksaan dini kanker serviks tersebut, Anda bisa melakukan pemeriksaan yang mana saja dan bisa disesuaikan dengan kondisi kantong Anda. Hal terpenting adalah mencegah lebih baik dan itu hanya bisa dilakukan dengan melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks.

Kanker jarang menunjukkan gejala spesifik sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya termasuk pada kasus kanker kulit. Meskipun tidak sepopuler kanker serviks, tetap saja perlu dilakukan pemeriksaan diri terhadap kanker kulit.

Mencegah kanker kulit bisa dilakukan dengan melindungi diri dari paparan sinar matahari berlebih. Namun seseorang juga bisa mendeteksi adanya tanda-tanda awal kanker kulit.

Caranya dengan melepaskan baju dan mengamatinya di bawah sinar matahari. Tanda-tanda awal yang muncul biasanya berupa bintik-bintik, lesi atau seperti tahi lalat.

Cara lain mendeteksi dini kanker kulit adalah melihat perubahan, seperti ukuran, perubahan warna, rasa gatal dan berdarah. Karena banyak kanker kulit yang mungkin terlihat seperti psoriasis atau eksim.

Dalam penelitian terbaru yang dilaporkan Australian and New Zealand Journal of Surgery, peneliti dan ahli bedah plastik Patricia Terrill mengungkapkan pentingnya melakukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh jika ditemukan adanya perubahan pada kulit seseorang.

"Banyak dari kita yang mengabaikan penyakit kanker kulit. Sebagian besar kanker kulit berbentuk sama yaitu seperti bersisik merah kecil, bercak-bercak eksim atau bintil-bintil mirip mutiara," ujar Terrill, seperti diberitakan dari ABC.net.au.

Terrill mengungkapkan sekitar 67 persen pasien yang pergi ke dokter sudah memiliki bentuk sel basal atau sel skuamosa karsinoma sehingga membutuhkan perawatan yang lebih panjang, sel ini hanya dapat ditemukan dengan melakukan scan seluruh tubuh.

Penyebab utama kerusakan kulit pada pasien kanker akibat paparan sinar matahari. Selain itu ada juga penyebab lainnya yaitu terpapar senyawa karsinogen dari lingkungan atau memiliki gen yang cacat sejak lahir sehingga berisiko lebih tinggi terkena penyakit.

"Meskipun kanker kulit bisa terjadi di daerah yang sering terkena sinar matahari, tapi dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh yang lain. Bisa jadi tak hanya satu tempat saja yang telihat," ujar Professor Ian Olver, CEO Cancer Council Australia.

Olver menambahkan kanker kulit merupakan salah satu bentuk kanker yang bisa dilihat dan dapat disembuhkan, baik untuk yang melanoma atau pun non-melanoma. Kesempatan untuk sembuh akan lebih besar jika ditemukan pada stadium dini, karenanya penting untuk memeriksakan setiap adanya perubahan yang terjadi di kulit sebagai bentuk deteksi dini.

Terrill menyarankan sebaiknya melakukan pemeriksaan kulit seluruh tubuh dua kali dalam setahun, tapi untuk orang yang memiliki sejarah kanker kulit tak ada salahnya untuk lebih waspada terhadap setiap perubahan. Deteksi dini penting dilakukan karena kanker kulit bisa terjadi sejak usia 20-an.

Sementara itu, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) meluncurkan alat deteksi cepat untuk mendiagnosis kanker leher yang diberi nama NPC Test Strip.

Menurut salah satu anggota penemu NPC Test Strip Sofia Mubarika, alat ini mampu mendeteksi lebih dini gejala kanker nasofarings sehingga bisa mencegah pasien mengalami stadium lanjut.

"Deteksi dini sangat mungkin. Selama ini penanganan pasien NPC sekitar 80% masuk stadium lanjut," kata Sofia di Gedung Graha Wiyata FK UGM,Yogyakarta.

Peluncuran alat deteksi kanker leher tersebut digelar dengan bekerja sama dengan Laboratorium Hepatitis Nusa Tenggara Barat (NTB). Sekadar untuk diketahui, kanker nasofarings (kanker leher) merupakan penyakit peringkat keempat bagi wanita di Indonesia.

Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito, dari tahun 2002�2004, setidaknya ada 269 kasus kanker nasofarings. Bahkan, data terbaru menunjukkan kenaikan sebesar 100 kasus per tahun. Menurut Sofia, NPC Test Strip ini memiliki keterkaitan kuat (hampir 100 %) dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV).

Karena itu, alat ini dikembangkan dengan menggunakan marker untuk mendeteksi EBV. Alat ini dapat juga mendeteksi antibodi IgG terhadap protein early antigen(EA) sehingga pada orang sehat, tes ini akan memberikan hasil yang negatif dengan akurasi sangat tinggi. Sementara untuk yang tekena NPC, tes ini bisa menunjukkan hasil sekitar 83%.

"Saat ini, kita masih berusaha untuk menambah akurasinya jadi 100%," katanya. Adapun harga satu NPS Test Strip bisa ditekan hingga Rp10.000. Pemeriksaan dengan NPS Test Strip dapat dilakukan dengan pengambilan satu tetes darah dari pasien untuk diuji serumnya yang diencerkan dengan larutan.

NPC Test Strip kemudian dicelupkan pada larutan tersebut. Dalam waktu 3�5 menit, hasil pemeriksaan dapat dilihat berupa bentuk garis pada strip. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Dirjen Dikti Suryo Hapsoro menyambut baik peluncuran produk ini.

Menurut dia, hasil penelitian termasuk dalam kelompok riset industri sehingga bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas) Fasli Djalal menyambut baik lahirnya peneliti-peneliti dari kalangan perguruan tinggi dengan temuan cemerlang yang bisa menjadi rujukan internasional.

"Kanker itu kan penyakit yang mendunia sehingga temuan ini tentu memiliki nilai plus," ujarnya. Fasli mengatakan, pihak Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) siap mendorong kegiatan penelitian di universitas dengan memberikan bantuan dana secara langsung maupun dana untuk pengembangan sarana dan peralatan agar universitas tersebut dapat menjadi world class university.

"Penelitian di UGM termasuk yang terbesar sehingga dananya pun cukup besar," ungkapnya. Bentuk dukungan lain adalah upaya penyebarluasan informasi hasil penelitian atau temuan agar dapat diterbitkan di jurnal-jurnal penelitian nasional bahkan internasional.

Jika temuan tersebut akan dipresentasikan di forum dunia, Kemendiknas juga bersedia memfasilitasi dengan memberikan bantuan langsung. "Untuk penelitian kanker, kami akan mendukung asosiasi profesi terkait untuk menyosialisasikannya dalam forum lokakarya atau seminar," tandasnya.

Jika nantinya alat atau metode hasil temuan para dokter FK UGM akan dipergunakan secara luas, Kemendiknas bersama Kementerian Kesehatan dan perwakilan pengusaha akan membahasnya lebih lanjut.





__________________



  #2  
Old 4th July 2010
boss's Avatar
boss
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Dec 2009
Location: Jogja
Posts: 3,598
Rep Power: 26
boss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessedboss is blessed
Default

infonya jempolan nih ndan, mudah2an ane gak kena kanker
Sponsored Links
Space available
Post Reply

« Previous Thread | Next Thread »



Switch to Mobile Mode

no new posts