FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Misteri, Horror, Supranatural Yuk baca cerita horor, lihat dan share penampakan mahluk gaib disini. Boleh juga membuka konsultasi ramalan,tarot dan sejenisnya |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jika saja Cie Hwie Gwan yang berkebangsaan Cina itu tidak pernah menetap di Jepara, maka julukan sebagai Kota Ukir yang disandangnya mungkin tak akan pernah kita kenal. Percaya atau tidak, pengusaha atau pengukir yang ingin sukses, maka dapat dipastikan tidak akan melewatkan ziarah atau ritual di makam d Cie Hwie Gwan. Bila ketentuan tak tertulis ini dilanggar, ada keyakinan tak akan pernah kesampaian keinginanan si pengukir tersebut. Lalu, siapakah sesungguhnya Cie Hwie Gwan itu hingga keberadaannya begitu penting bagi para seniman ukir Jepara? Kisahnya bermula dari perjalanan dakwah Pangeran Toyib, putera Sultan Ibrahim dari Aceh, lima abad silam. Dia telah melakukan syiar agama Islam hingga ke negeri Tirai Bambu, Cina. Dalam pengembaraan yang sangat jauh ini, Pangeran Toyib secara kebetulan tinggal di rumah suami-isteri Cie Hwie Gwan, yang juda dikenal sebagai seorang seniman ukir dan lukis. Kedua semua isteri inilah yang pertama kali di-Islamkan oleh Pangeran Toyib di negeri Cina. Cie Hwie Gwan juga di luar dugaan sangat tertarik pada Islam, bahkan dia juga jatuh cinta pada kepribadian Pangeran Totib. Saking kasihnya yang besar pada Pangeran Toyib, Cie Hwie Gwan dan isterinya mengangkat Pangeran asal Aceh itu menjadi putera angkat mereka. Bahkan ketika tiba saatnya Pangeran Toyib harus kembali ke negeri Serambi Mekkah, maka suami isteri Cie Hwie Gwan itu akhirnya ikut serta. Setelah tiba di Aceh, Pangeran Toyib kemudian melanjutkan perjalanan ke Demak. Di kerajaan Demak Bintoro, Pangeran Toyib, bahkan menikah dengan pewaris Kasultanan Demak, yakni Ratu Kalinyamat. Dia kemudian diberi kekuasaan mengelola bumi Kadipaten Jepara. Setelah itu, Pangeran Toyib berganti nama menjadi Pangeran Hadirin. Karena Kadipaten Jepara belum ada masjidnya, maka Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat bermaksud mendirikan masjid di Mentingan. Untuk hiasan ukirnya maka dimintalah Cie Hwie Gwan untuk mengerjakan semua itu. Untuk mengerjakan tugas yang sangat berat ini, Cie Hwie Gwan pun pamit ke Thiongkok untuk mencari bahan-bahan ukir yang akan digunakan untuk menghiasi masjid. Baru setahun kemudian, Cie Hwie Gwan kembali ke Jepara, membawa Jung (kapal besar Cina) yang bermuatan batu keramik. Sayangnya, hiasan itu dilarang Ratu Kalinyamat di pasang, karena bermotif Cina. Tak kalah ide, Cie Hwie Gwan lalu mengukir bahan-bahan keramik polos atas inisiatifnya sendiri. Ratu Kalinyamat sangat terpesona dengan hasil karyanya. Dia pun meminta langsung dipasang di dalam masjid. Sampai sekarang, batu berukiran nan indah karya Cie Hwie Gwan itu masih dapat dijumpai menempel di dinding masjid Mantingan. Sebagian lagi, dipasang dicungkup makam Mantingan. Bermula dari sinilah, maka Ratu Kalinyamat, yang mungkin memang pemahamannya memang jauh menjangkau ke depan, meminta Cie Hwie Gwan untuk mengajari para kawula muda di Kadipaten Jepara untuk belajar seni ukir dengan. Namun bahannya bukanlah lagi dari lempengan keramik atau batu, melainkan dari bahan kayu. Setelah belajar seni ukir pada Cie Hwie Gwan, maka tak lama kemudian para kawula muda Jepara telah menguasai seni ukir dengan linay. Mereka inilah yang kemudian menjadi generasi pertama para seniman ukir Jepara. Sementara itu, atas jasa-jasanya, Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat menganugerahi gelar pada Cie Hwie Gwan dengan sebutan Ki Patih Sungging Badar Dawung. Sayangnya, usia Pangeran Hadirin tak panjang. Diawali dengan gugurnya Pangeran Trenggono dalam usahanya menaklukkan Pasuruan, dan gugur di medan perang tahun 1546. Dengan wafatnya Pangeran Trenggono, timbul perebutan kekuasaan antara adik Trenggono dan anak Trenggono. Adik Trenggono segera terbunuh ditepi sungai, dia adalah Pangeran Surowiyoto, penguasa Jipang Panolan, dan terkenal dengan nama Pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Putera Pangeran Sekar Sedo Ing Lepen, yang bernama Arya Penangsang, tak terima. Segera dia binasakan putera Pangeran Trenggono, Pangeran Prawoto beserta keluarganya. Arya Penangsang ini perangainya sangat begis, sehingga tak ada yang suka dia naik tahta Demak. Karena kehadirannya kekacauan semakin menjadi. Terlebih ketika Arya Penangsang mengutus Pajineman-nya (pembunuh) yang kemudian berhasil membinasakan Pangeran Hadirin. Sang isteri, Ratu Kalinyamat, yang mempunyai kekuatan dan pengaruh sangat besar, segera mengangkat senjata untuk mempertahankan hak-haknya. Dia berhasil menggerakan adipati lainnya untuk menentang Arya Penangsang. Uniknya, Ratu Kalinyamat memimpin perang melawan pembunuh suaminya, Arya Penangsang, sambil melakukan tapa kungkum tanpa pakaian walau sehelai pun. Ritual ini dilakukannya di sebuah bukit yang bernama Bukit Danaraja. Dia bersupah tidak akan mengakhiri tapanya sebelum ada ksatria yang bisa membinasakan Arya Penangsang. Ritual yang dilakukan Ratu Kalinyat merupakan sebuah laku tapa yang sangat menghebohkan kala itu. Maka itulah akhirnya mendapat simpati dari banyak pihak. Menurut pakar budaya Dr. Purwadi, M. Mum, �Untuk membalas pembunuh suaminya, maka Nyai Kalinyamat pergi bertapa tanpa berpakaian, sampai merasa mendapat petunjuk bahwa pembunuh tersebut akan mendapat balasan yang setimpal. Dalam hal ini sedikit banyak dia ikut serta menentukan arah dan nasib kerajaan selanjutnya. Walaupun perbuatannya hanyalah suatu proses terhadap suatu ketidakadilan dan perbuatan sewenang-wenang terhadap suaminya. Tetapi hal ini mengundang simpati dan rasa kasihan masyarakat untuk membantu menghancurkan sumber kejahatan tersebut.� Diantara Adipati yang bersimpati pada ratu Kalinyamat adalah penguasa kadipaten Pajang, Joko Tingkir. Di kemudian hari dia memang berhasil membunuh Arya Penangsang. Keraton Demak lalu dipindahkan ke Pajang tahun 1568, maka habislah kebesaran kerajaan Demak Bintoro. Kembali lagi kepada kisah Empu Ukir Cie Hwie Gwan atau Ki Patih Sungging Badar Dawung. Dikisahkan, setelah meninggal, fia mendapat kehormatan dalam prosesi penguburannya, yakni liang lahatnya tak jauh dari makam putera angkatnya Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Cie Hwie Gwan oleh masyarakat Jepara yang kuat agama Islamnya dianggap sebagai Empu-nya seni ukir atau bapak ukir Jepara. Hingga kini hasil karya seniman Jepara sangat popular sampai ke manca negara. Hal ini diyakini sebagai titisan dari darah Cie Hwie Gwan yang telah menularkan keahliannya kepada generasi pertama para seniman ukir Jepara. Makam Cie Hwie Gwan yang terletak di belakang masjid Mantingan hingga kini memang dikeramatkan. Bukan saja warga sekitar yang pemeluk agama Islam yang melakukan ziarah di makam ini, namun banyak juga keturunan Thiongha yang beragama Budha berziarah di tempat yang sama. Tak tanggung-tanggung, para peziarah itu ada juga yang datang dari Malaysia, Saudi Arabia, dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Bahkan ada yang datang dari Hongkong, Korea, Singapura, dan China. Mereka biasanya berziarah menggunakan adat masing-masing. Menurut kaca mata batin Misteri, aura yang menggumpal di areal makam Cie Hwie Gwan ini sangat kental dan kuat. Bagi yang ingin terkenal dalam karya seni pahat, makam Ki Patih Sungging Badar Dawung sangat cocok, syarat yang dibawa harusnya peralatan pahat agar ter-sawab-I oleh karomahnya. Sedangkan makam Ratu Kalinyamat memang sudah sangat terkenal sekali, baik sejarahnya maupun kekuatan spiritnya, baik di bumi Jepara maupun daerah-daerah lain di sekitarnya. Namun dimata Misteri, kekuatan yang paling kuat di makam Ratu Kalinyamat adalah sangat cocok untuk para wanita yang tersia-sia dan terampas hak-haknya, terutama oleh ketidakadilan kaum pria. Namun yang perlu diingat, tempat-tempat keramat tersebut hanya yang tertinggal daya gaibnya yang menggumpal di sekitar kompleks makam. Sedangkan ruh-ruh para leluhur itu, hanya Allah SWT Yang Maha Tahu keberadaan mereka yang sesungguhnya.
__________________
![]() |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Cerita sejarah yg menarik..makasih dah re-write d sini y ndan.
|
#3
|
||||
|
||||
![]() ![]()
__________________
![]() |
#4
|
|||
|
|||
![]()
sekarang udah jarang ada orang yang bisa seperti ini ndan
|
#5
|
||||
|
||||
![]()
mantep ndan... tapi tolong di edit yah... biar enak bacanya
![]() |
#6
|
||||
|
||||
![]()
ternyata eh ternyata bgtu sejarahnya
![]() |
#7
|
||||
|
||||
![]()
kisah yang menarik ndan,,,nice inpo,,
|
![]() |
|
|