FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Setelah saling tembak artileri dengan pasukan Suriah pro-Presiden Bashar al-Assad selama lima hari, Turki memperbesar kekuatan militer mereka di daerah perbatasan dengan Suriah. Mereka menambah sejumlah tank dan senjata antirudal. Kantor berita Turki Anatolia melaporkan konvoi kendaraan militer Turki yang menderek sejumlah senjata artileri bergerak menuju Kota Reyhanli, Provinsi Hatay, kemarin. Dua hari sebelumnya, militer Turki telah meningkatkan kekuatan tempur mereka di Kota Suruc, Provinsi Sanliurfa, yang berbatasan dengan wilayah Suriah. Surat kabar setempat, Milliyet, mengutip pernyataan seorang petinggi militer Turki yang tak mau disebutkan identitasnya bahwa Turki siap menembakkan artileri dan menggerahkan pesawat tempur F-16 jika militer Suriah kembali menewaskan warga Turki. Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam siap perang jika Suriah terus memprovokasi. "Kalian harus siap jika sewaktu-waktu kalian berangkat untuk berperang," tegas Erdogan seperti dilansir Anatolia, Minggu (4/10). Ketegangan di antara kedua negara itu semakin memanas sejak terjadi unjuk rasa menentang Presiden Bashar al-Assad. Turki dengan tegas menyatakan dukungan terhadap kelompok oposisi yang menginginkan perubahan di Suriah. Hubungan kedua negara kian memburuk sejak Juni lalu, ketika militer Suriah menembak jatuh satu pesawat tempur milik Turki. Ketika itu, Suriah menuduh pesawat itu memasuki wilayah mereka tanpa izin. Aksi militer terjadi lagi pada Rabu (3/10). Pada hari itu, militer Suriah menembakkan mortir ke wilayah Turki. Insiden itu menewaskan lima warga sipil Turki. Kepada televisi nasional milik pemerintah TRT, Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Ahmet Davutoglu memastikan lima warga dari Kota Akcakale tewas akibat serangan artileri 12 mm tipe D30. Ia meyakini senjata artileri itu hanya dimiliki militer Suriah. Setelah insiden itu, parlemen Turki berang dan langsung memberi mandat kepada pemerintah selama setahun untuk mengirim pasukan dan perang melawan Suriah jika diperlukan. Solusi politik Situasi yang memanas dan di ambang perang terbuka di antara kedua negara membuat Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon beraksi. Ia menggelar pertemuan dengan jajarannya di Strasbourg, Prancis, kemarin. Ban mengatakan PBB terus memantau secara serius pengerahan senjata oleh militer Suriah dan Turki ke daerah perbatasan kedua negara tersebut. "Solusi politik ialah satu-satunya cara menyelesaikan krisis," jelasnya pada jumpa pers, kemarin. Di sisi lain, kelompok oposisi Suriah yang menamakan diri Dewan Nasional Suriah (SNC) yang berbasis di Turki siap menggelar pertemuan minggu depan di Qatar. Dalam pertemuan itu, menurut Ketua SNC Abdelbaset Sieda, akan dibahas kemungkinan Wakil Presiden Suriah Farouk al-Sharaa, yang membelot, ditunjuk menjadi pemimpin Suriah jika Bashar al-Assad terguling atau mengundurkan diri. Sebelumnya, Menlu Turki Davutoglu juga menyatakan dukungan kepada Wakil Presiden Suriah Al-Sharaa. "Al-Sharaa ialah tokoh yang tangannya tidak berlumuran darah," katanya. Karena itu, lanjutnya, pemerintah Turki menerima Al-Sharaa sebagai pengganti Bashar al-Assad. mediaindonesia.com
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌
|
#2
|
|||
|
|||
![]()
Kondisi perpolitikan timur tengah makin tidak kondusif aja nich...
|
![]() |
|
|