
17th February 2011
|
 |
Member Aktif
|
|
Join Date: Nov 2010
Posts: 101
Rep Power: 0
|
|
Pembubabaran Ormas Anarkistis Tak Efektif Cegah Kekerasan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi, Ryaas Rasyid, mengatakan pembubaran ormas anarkistis bukanlah satu-satunya solusi untuk menghilangkan potensi kekerasan antarumat beragama maupun antarkelompok masyarakat. Opsi lain yang harus dipertimbangkan pemerintah adalah meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi intelijen serta tindakan preventif di lapangan untuk mencegah terjadinya benturan di masyarakat.
"Sebab begini, dalam situasi seperti sekarang, pembubaran (ormas anarkistis) itu bukan kata akhir. Bisa ada rembetannya kemana-mana," kata Ryaas usai pelantikan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan di Kementerian Dalam Negeri, Rabu (16/2).
Menurut dia, pembubaran ormas anarkistis sepenuhnya merupakan wewenang pemerintah. Pemerintah, dengan didukung perangkat perundangan yang memadai, bisa menilai suatu ormas dinyatakan anarkistis atau tidak, serta mengambil tindakan untuk membubarkan ormas tertentu. "Makanya harus dimatangkan betul. Sebab dalam situasi seperti sekarang bisa saja menjadi aksi balik dan secara legal mereka punya kesempatan untuk membela diri," katanya.
Ryaas menduga kekerasan yang terjadi di Cikeusik, Banten, serta pengrusakan gereja di Temanggung, Jawa Tengah, bukanlah kejadian yang terjadi secara tiba-tiba. "Itu memang bisa terjadi. Saya kira memang itu bukan kejadian yang spontan, " kata bekas Menteri Negara Otonomi Daerah itu.
Ia menggambarkan kejadian di Cikeusik dan Temanggung sudah ada prakondisi sebelumnya. "Kalau Temanggung itu kan jelas, kehadiran awal mestinya kan bisa diantisipasi bahwa akan ada reaksi. Warga dari luar daerah saja datang," kata Ryaas, "Cikeusik juga begitu, warga di kampung saja tahu itu dan kepala desa juga tahu bakalan ada orang (luar) datang."
Sebab itu, menurut Ryaas, pemerintah harus mengevaluasi kinerja jajaran aparat kepolisian. Pasalnya, kedua insiden itu seharusnya bisa diantisipasi oleh kepolisian sehingga tidak terjadi. "Kalau menurut saya, itu bisa diantisipasi. Ya, silakan aparat kemanan melakukan review terhadap semua kejadian itu, dimana titik lemahnya," kata dia.
Pemerintah, Ryaas menegaskan, harus segera menuntaskan proses investigasi untuk membuktikan siapa otak di balik kekerasan di Cikeusik dan Temanggung. "Kalau direncanakan oleh siapa, maksudnya apa, dan tujuannya apa, kan begitu," ujarnya.
MAHARDIKA SATRIA HADI
|