FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
TRIBUNNEWS.COM - Perilaku agresif terkadang lazim ditemui pada anak-anak usia dibawah lima tahun (balita). Namun jika perilaku tersebut masih bertahan sampai ia bersekolah TK atau SD, hhhm bisa jadi ada yang salah dengan pola asuh ibunya.
Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul. Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda. Menurut teori, balita berusia 4 tahun lebih bisa dikendalikan dibanding balita usia 2 tahun, dan anak berusia 6 tahun berperilaku lebih baik dibanding rata-rata anak usia 4 tahun. Namun pada kenyataannya ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun. "Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas I sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber. Padahal, literatur menyatakan anak yang agresif, seperti suka memukul atau melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak. Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar atau suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk. Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, seperti tayangan televisi atau video games. Namun, Lorber menjelaskan bahwa pola asuh bukan faktor tunggal dalam pembentukan perilaku anak karena ada juga pengaruh faktor genetik. Walau begitu, ia menyarankan agar orangtua memberi contoh perilaku yang baik pada anaknya. "Mulailah sedini mungkin. Menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting," katanya. source Terkait:
|
#2
|
||||
|
||||
![]()
kl mnrt ane seeh ini kan mslh perilaku yg diajarkan..
s anak pasti cenderung meniru apa yg dilihat oleh dia d sekitarnya ![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]()
kalau kata Kak Seto.. "Anak adalah peniru yang baik.."
gw baca di koran apa di mana gitu.. |
#4
|
|||
|
|||
![]()
Banyak orang tua terlalu sibuk mikir karier sampai kurang peka dng kebutuhan psikis anaknya sendiri
|
#5
|
|||
|
|||
![]()
bikinnya gak pakai bismillah,,,hehehehehe
![]() |
#6
|
|||
|
|||
![]()
Oh gitu ya ndan.
|
#7
|
||||
|
||||
![]()
niceshare ndan......
![]() |
#8
|
|||
|
|||
![]()
pasti niru bapaknya
|
#9
|
|||
|
|||
![]()
anak pasti cenderung meniru yg ada di sekitar ny ndan...
klo di sekitar ny buruk, mka kelakuannya buruk juga... |
#10
|
|||
|
|||
![]()
orang tuanga ngajarnya kaga bener
|
![]() |
|
|