TEMPO Interaktif, Berbagai cara sudah dilakukan Herlina Irawan (bukan nama sebenarnya) untuk menggemukkan badan. Ngemil dan makan dalam porsi besar sebelum tidur pun sudah dicoba. "Tapi enggak ada yang berhasil. Berat badan saya enggak juga nambah," kata Herlina ketika dihubungi pekan lalu.
Dara yang punya tinggi badan 160 sentimeter ini saat itu hanya berberat badan 42 kilogram. Namun lajang yang berusia 35 tahun ini tak pantang menyerah. Ia berkonsultasi kepada dokter yang direkomendasikan temannya. "Saya ikut program menggemukkan badan," ujar Herlina.
Program itu mengharuskan Herlina bertemu dengan dokternya sebanyak lima kali selama tiga bulan. Setiap kali kunjungan, Herlina disuntik dan diberi obat. "Obat dan suntikan itu untuk menambah nafsu makan dan meningkatkan metabolisme pencernaan tubuh," kata Herlina, yang berkantor di Utan Kayu, Jakarta Timur.
Untuk pola makan sehari-hari, Herlina pun mesti mengikuti aturan diet yang dianjurkan oleh dokternya. Kebiasaan makan tiga kali sehari tetap dilakukan oleh Herlina. Bedanya, saat melakukan program penggemukan badan, ia mesti meminum segelas susu setiap kali makan.
Selain itu, Herlina dianjurkan makan roti tawar dan susu setiap pukul 10.00 WIB dan 17.00 WIB. "Mau tidur juga minum susu. Jadi setiap hari saya minum lima gelas susu," kata Herlina.
Perubahan pola makan ini ternyata kemudian membuahkan hasil. "Bulan pertama, saya naik 3 kilogram," kata Herlina. Bulan berikutnya, berat badan wanita yang bekerja di bidang media ini pun kembali naik 2 kilogram. Baru pada bulan ketiga, berat badannya mencapai 48 kilogram.
Berat badan Herlina pun stabil sejak melakukan program diet tersebut. "Pernah turun sedikit, tapi kemudian naik lagi," katanya. Kini Herlina merasa lebih percaya diri dengan postur tubuhnya dengan berat 52 kilogram.
Ahli gizi Patricia Riri Waluko menjelaskan, penambahan berat badan dapat dicapai dengan menambah sel dalam tubuh. Jumlah sel dalam tubuh dapat ditambah dengan menambah kalori dan protein. "Jadi makan saja seperti biasa, namun jumlah protein yang dikonsumsi mesti digandakan," ujar Patricia ketika dihubungi pekan lalu.
Patricia mencontohkan, jika seseorang biasa makan nasi dengan daging ayam, untuk menggemukkan badan, ia mesti menambah porsi proteinnya dengan memakan telur dan protein nabati lain, seperti tahu dan tempe.
Namun ahli gizi yang kini menjadi konsultan di salah satu produk vitamin ini mengingatkan agar daging ayam dimakan tanpa kulitnya. "Untuk mencegah meningkatnya kadar kolesterol," kata Patricia. Menu ayam pun, jika bosan, dapat diganti dengan daging lainnya, misalnya sapi tanpa lemak.
Susu juga, menurut Patricia, merupakan salah satu sumber protein. Orang yang menggemukkan badan boleh saja meminum susu untuk meningkatkan kadar protein. "Tapi tidak diharuskan susu, masih banyak sumber protein lain," kata Patricia.
Menggandakan jumlah asupan protein ini memang menu yang umum dilakukan untuk menambah berat badan. "Dengan double protein, dalam satu minggu biasanya berat badan akan naik setengah kilogram," kata dia.
Patricia juga mengingatkan agar orang yang ingin menaikkan berat badan makan dalam porsi sedang. Wanita yang menempuh pendidikan di bidang gizi di Universitas Gadjah Mada ini juga menganjurkan agar makan tidak terlalu banyak. "Makan cukup dalam porsi kecil tetapi sering," kata Patricia.
Makan yang dianjurkan untuk orang yang kekurangan berat badan adalah 5-6 kali sehari. "Atau setiap tiga jam, mesti ada makanan yang masuk," kata wanita yang lahir di Manado, 21 Juli 1981, ini.
Meski frekuensi makan bertambah, bukan berarti harus mengkonsumsi nasi dan lauk-pauk setiap kali makan. Ngemil juga bisa dilakukan untuk memenuhi kuota makan 5-6 kali sehari ini. "Tapi ngemil pun ada aturannya," kata Patricia.
Makanan yang bisa dikonsumsi sebagai camilan adalah makanan berbobot, seperti kue pastel, lontong, dan biskuit. Namun Patricia mengingatkan agar tidak mengemil makanan yang terlalu manis, seperti cake. "Karena gula darah akan ikut naik," katanya.
Sebelum tidur pun, Patricia menyarankan untuk makan. Namun, harus diingat, makan malam paling lambat tiga jam sebelum tidur. "Kalau jarak antara makan dan tidur kurang dari tiga jam, akan mengganggu pencernaan, yang bisa mengakibatkan muntah," kata Patricia.
FANNY FEBIANA