TEMPO Interaktif, Moskow - Para penyelidik Rusia telah melacak pengeboman mematikan di bandara Moskow awal pekan ini ke bagian selatan negeri, yakni di kawasan yang bergolak, termasuk Chechnya.
Juru bicara Komite Penyelidik, Sabtu waktu Moskow (kemarin waktu Indonesia), menyatakan telah mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri sebagai seorang pria berusia 20 tahun berasal dari Kaukasus Utara.
Pejabat tersebut menambahkan, aksi bom bunuh diri yang menewaskan 35 orang dan melukai sedikitnya 180 orang di Bandara Domodenovo Moskow itu sengaja mengincar orang-orang asing. Jika pria muda tersebut direkrut oleh sel-sel teroris Islam, itu akan menandai sebuah taktik baru oleh kalangan militan di Rusia selatan.
�Aksi terorisme di Domodedovo telah terpecahkan,� ujar juru bicara Komite Penyelidik, Vladimir Markin, dalam sebuah pernyataan di Moskow.
�Meskipun para penyelidik tahu nama orang itu, kami tak akan mengungkapkannya hari ini karena pencarian masih dilakukan atas para dalang di balik serangan dan kaki tangan mereka,� ujar kantor berita Interfax mengutip pernyataan Markin. Ditambahkannya, para penyerang membidik warga asing dan karena itu mengebom hall utama kedatangan internasional di bandara tersebut.
Hingga kemarin, penyidik juga telah menahan empat orang dan mencari lebih banyak orang atas keterlibatan mereka dalam sebuah kecelakaan ledakan yang membunuh seorang pelaku bom bunuh diri �black widow� di sebuah kabin sewaan di sebuah sasana olahraga di Moskow pada 31 Desember tahun lalu.
�Sebuah kelompok teroris hendak melakukan serangan di pusat Moskow pada malam tahun baru,� Markin menambahkan. Namun dia membantah tudingan bahwa insiden itu berkaitan langsung dengan pengeboman bandara, dengan mengatakan bahwa dua ledakan adalah karya yang tidak berhubungan dengan kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di kawasan berbeda di Kaukasus Utara. Di kawasan itu, para pemberontak Islam dikenal memerangi pemerintah sejak bertahun lalu untuk mendirikan negara terpisah.
Korban ledakan bom pada Senin pekan lalu di antaranya beberapa warga Inggris, serta masing-masing seorang dari Jerman, Austria, Ukraina, Tajikistan, Kyrgyzstan, dan Uzbekistan.
DAILY MAIL | CNN | REUTERS | DWI ARJANTO