
27th January 2011
|
 |
Member Aktif
|
|
Join Date: Nov 2010
Posts: 255
Rep Power: 293
|
|
���Obstructive Sleep Apnea���

Quote:
Cause :
Obstruksi pada hidung dapat terjadi akibat inflamasi mukosa atau kelainan struktural. Selain itu obstruksi saluran napas dapat pula tejadi pada level velofaring atau restopalatal, retroglosal, dan hipofaring.
Faktor risiko
Penelitian terkini menunjukkan beberapa faktor risiko berikut:
1. Saluran napas: mulai dari hidung, palatum mole (nasofaring), lidah (orofaring), hipofaring
2. Aktivitas neuromuskuler
3. Central sleep apnea, central breathing instability, hypocapnia
Sign & Symptoms :
Gejala pada malam hari
* Mendengkur dengan bunyi keras dan mengganggu
* Napas berhenti di sela ?sela mendengkur dan diakhiri dengan mendengus
* Rasa sesak dan tecekik yang membuat penderita terbangun
* Tidur tidak nyenyak karena sering terbangun dan berubah posisi
* Bangun dengan perasaan tidak segar
* Sakit kepala pagi hari
* Sakit atau nyeri tenggorokan pada saat bangun tidur
* Mengantuk yang berlebihan di siang hari (Excessive Daytime Sleepiness, EDS)
* Kelelahan berkepanjangan
* Perubahan kepribadian
* Gangguan kosentrasi dan memori
Diagnose :
Pemeriksaan saluran napas mulai dari level hidung sampai daerah laring dengan nasofaringoskopi serat optik.
Lokasi obstruksi ini penting diketahui berkaitan dengan kesesuaian derajat berat atau ringannya OSA yang penetapannya dilakukan melalui pemeriksaan polisomnografi.
Dalam mengobati OSA, setiap pasien akan mendapatkan terapi pengobatan yang berbeda, sesuai dengan penyebab OSA. Dan untuk menemukan lokasi sumbatan / obstruksi penyebab OSA secara pasti, segeralah konsultasi ke dokter dan diperlukan pemeriksaan diagnostik, seperti:
1. Indeks Masa Tubuh:
< 30, 65 % OSA
> 30, 25 % - 30 % OSA
2. Pemeriksaan Fisik : Hidung, THT, lidah dll
3. Skala Tidur Epworth (ESS), < 10 cenderung OSA
4. Nasolaringkospi
5. Sleep Endoscopy, dengan cara pembiusan dengan pemberian obat tidur
6. Sefalometri : pemeriksaan tulang
7. Sleep test ;
8. Polisomonografi:
-Evaluasi gangguan tidur: EEG, EMG, EOG, ECG
-Beratnya snoring, jumlah henti nafas, lokasi penyempitan, saturasi oksigen, dll.
Treatment :
Beberapa terapi Non Bedah:
* Penurunan Berat Badan
* Perubahan posisi tidur : miring
* Oral/Dental appliance
* Penggunaan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), yang digunakan kala penderita beranjak tidur. CPAP biasanya digunakan penderita, hingga penyebab mendengkur sudah teratasi.
* Obat.
* Produk Komersil.
Terapi bedah dilakukan oleh dokter spesialis THT apabila terapi non bedah gagal. Bedah pun dilakukan dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan kondisi dan tingkat keparahan penyakit pasien, diantaranya; I>implant pillar, radiofrekuensi konka inferior, cautery assisted palatal stiffening operation-somnoplasty, uvula palato pharyngoplasti (UPPP), dan tounge base surgery.
Terapi bedah maupun non bedah tidak dapat menghilangkan suara dengkuran 100 %. Namun suara dengkuran yang ditimbulkan sangat halus dan tidak lagi mencetuskan terjadinya henti napas saat tidur (OSA), sehingga tidak mengancam jiwa penderita.
|
Posted via Mobile Device
|