
25th January 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Sep 2010
Posts: 329
Rep Power: 288
|
|
���Pembentukan Senyawa Oksigen Reaktif���

Quote:
Senyawa oksigen reaktif akan terbentuk setiap saat dalam berbagai kegiatan, bahkan ketika kita sedang bernapas. Namun demikian, secara umum terbentuknya senyawa oksigen reaktif atau radikal bebas dipicu oleh beberapa faktor lingkungan.
Pestisida atau karbon tetraklorida (CC14). Senyawa ini setelah masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan sitokrom P450 monooksigenase dan menghasilkan radikal triklorometil (CCI3) dan triklorometilperoksil (CC1303).
- Senyawa basil pemanggangan daging berlemak yang disebut benzoapirene. Senyawa ini jika masuk ke dalam tubuh akan berubah menjadi senyawa radikal epoksida.
- Bahan aditif pangan (Red E120 dan asam karmiat). Selanjutnya senyawa radikal yang terbentuk akan berperan sebagai inisiator dalam proses peroksidasi lipid sehingga menimbulkan kerusakan jaringan (Zakaria, et al., 1996).
Sementara, Supari (1996) berpendapat bahwa pada dasarya radikal bebas dapat terbentuk melalui 2 cara, yaitu secara endogen (sebagai respons normal proses biokimia intrasel maupun ekstrasel) dan secara eksogen (misalnya dari polusi, makanan,serta injeksi ataupun absorpsi melalui kulit).
Belleville-Nabet (1996) menunjukkan beberapa reaksi pembentukan senyawa oksigen reaktif. Teraktivasinya oksigen dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas oksigen, yang disebut anion superoksida (02.). Secara in vitro senyawa radikal ini akan membentuk kompleks dengan senyawa organik. Banyak faktor yang menyebabkan senyawa tersebut membentuk kompleks, antara lain adanya sifat permukaan membran, muatan listrik, sifat pengikatan makromolekul, dan bagian enzim, substrat, maupun katalisator. Senyawa kompleks ini dapat terjadi pada berbagai sel yang masih normal maupun tidak normal atau telah teraktivasi.
Radikal bebas, yang sering disebut senyawa oksigen reaktif (SOR), juga dapat dibentuk melalui jalur enzimatis ataupun metabolik. Proses cascade dari asam arakidonat menjadi prostaglandin dan prostasiklin dipacu oleh enzim lipoksigenase dan siklooksigenase (menghasilkan komponen atau senyawa oksigen reaktif licrupa epoksida dan peroksida), serta oksidase (berbentuk monoamin oksidase atau aldehid oksidase), selanjutnya akan membentuk radikal anion superoksida atau hidroperoksida.
Enzim sitokrom P45.dependen oksidase, yang berperan dalam reaksi biotransformasi dan detoksifikasi senyawa intermediate metabolit dan xenobiotik, juga akan menghasilkan senyawa peroksida atau senyawa oksigen reaktif. Pada kondisi normal, terbentuknya hidrogen peroksida tidak begitu berbahaya. Namun, adanya logam transisi seperti Cu dan Fe akan membentuk radikal hidroksil yang sangat berbahaya, melalui reaksi Haber-Weiss dan Fenton. Sebagai contoh pada enzim monoamin oksidase, terdapatnya bentuk isoenzim yang berbeda akan membentuk hidrogen peroksida dalam jaringan perifer.
Logam Fe atau Cu akan bereaksi dengan radikal hidroksil, kemudian akan menghancurkan struktur sel.
Aktivasi makrofag dan netrofil merupakan bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan infeksi mikroorganisme. Dalam hal ini enzim oksidase dan oksigenase akan membentuk berbagai senyawa radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif, termasuk asam hipoklorid (HOO), yang akan menyerang dan menghancurkan virus maupun bakteri. Namun di sisi lain, terbentuknya senyawa radikal tersebut sangat berbahaya karena juga berpotensi menyerang sel tubuh. Jika hal ini tidak terkontrol secara benar oleh sistem pertahanan tubuh, akan memicu munculnya berbagai penyakit kronis, terutama rheumatoid simtomatik, yang secara ldinis diketahui sebagai penyakit otoimun. Misalnya, terjadinya poliartritis don kardiak miopatia setelah dewasa, infeksi Streptococcus dan Staphylococcus, glomerulo nephritis, dan lain-lain.
Perubahan xantin dehidrogenase dan xantin oksidase pada keadaan hipoksia atau iskemia (terutama yang terjadi dalam jaringan endotel), sena metabolisme purin dari ATP atau sumber lain menjadi xantin dan asam urat, juga akan menghasilkan radikal anion superoksida. Di dalam endotel dan sel neuronal serta beberapa sel lain juga terbentuk radikal nitrit oksida, yang secara fisiologis mampu memodulasi transduksi signal dalam endotel, yang diketahui sebagai Endhotelial Derived Relaxing Factor (EDRF). Bila berada dalam endotel yang berkondisi hipoksia atau iskemia, anion superoksida akan bereaksi dengan nitrit oksida menjadi peroksinitrit. Senyawa ini merupakan prooksidan yang sangat reaktif dan menyebabkan sel endotel injuri.
Daftar Pustaka
Antioksidan Alami Dan Radikal Oleh Dr. Hery Winarsi, M.S.
|
Posted via Mobile Device
|