
25th January 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Jun 2010
Posts: 335
Rep Power: 306
|
|
���Renjatan Kardiogenik���

Quote:
Renjatan (syok) kardiogenik terjadi jika kerja pompa atau jantung menjadi tidak efisien sehingga curah jantung menurun dan perfusi jaringan tidak memadai. Angka mortalitasnya tinggi, yaitu dapat mencapai 70-90% jika tidak dilakukan intervensi yang agresif dan sangat spesialistik. Renjatan kardiogenik yang klasik berhubungan dengan disfungsi sistolik atau ketidakmampuan jantung untuk memompa darah. Akibatnya, adalah penurunan volume sekuncup dan selanjutnya curah jantung akan berkurang.
Kerja jantung dapat menjadi tidak efisien karena berbagai hal yang meliputi infark miokard (khususnya, setiap gangguan yang signifikan pada miokardium ventrikel kiri, utamanya pada pasien penyakit jantung iskemik) dan emboli paru.
Gejalanya bervariasi menurut keadaan yang menyebabkan kegagalan pemompaan. Karena pengurangan curah jantung, stimulasi sistem saraf simpatik dan penurunan perfusi perifer maka gejala yang nonspesifik meliputi kulit menjadi dingin dan basah, penurunan tekanan nadi dengan denyut nadi perifer yang lemah, perasaan mudah lelah, lemah dan hipotensi. Perubahan tingkat kesada ran dapat ditemukan dan mencakup gejala kecemasan, gelisah serta kebingungan. Kongesti vaskular paru kerap kali terjadi dan dapat bermanifestasi sebagai keadaan sesak napas (dispnea), respirasi yang berat, ronkhi (khususnya pada basis pulmonalis), takipnea, distensi vena-vena leher, dan hasil CVP yang tinggi (>15 cmH2O). Pada kasus-kasus yang lebih berat dapat dijumpai sputum yang berbuih atau sianosis.
Apakah semua pasien renjatan kardiogenik yang berat akan ditemui dengan kongesti paru? Pada awalnya, mungkin Anda akan menjawab ya, sampai kemudian berpikir tentang pasien yang mungkin sudah menderita infark ventrikel kanan. Pasien-pasien semacam ini dapat mengalami renjatan kardiogenik dengan lapang paru-paru yang bersih.
Secara khas, pada auskultasi pasien renjatan kardiogenik akan terdengar suara jantung yang abnormal. Suara S4 yang menonjol menunjukkan penurunan kelenturan ventrikel dan jika disertai nyeri dada, menunjukkan iskemia miokard. Suara S3 menunjukkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel dan kegagalan jantung kongestif. Di samping itu, bising holosistolik dapat terdengar jika terdapat regurgitasi mitral. Bunyi thrill (bising disertai getaran) pada sistolik dan bising holosistolik yang terdengar paling jelas pada margo sternalis kiri bawah merupakan pertanda adanya ruptur septum ventrikel.
Tindakan apa yang akan dilakukan pada resusitasi pasien renjatan kardiogenik? Selalu mulailah dengan ABC: airway, breathing, dan circulation. Fasilitasi pasien yang sadar dengan tekanan darah yang normal mengambil posisi tegak untuk memudahkannya bernapas. Pertimbangkan intubasi endotrakea jika jalan napas terganggu atau bila parameter hemodmamikanya buruk. Pasanglah alat monitor jantung dan segera atasi aritmia jantung yang dapat menimbulkan renjatan atau syok; tindakan mengatasi keadaan aritmia ini harus dilakukan berdasarkan pedoman ACLS (advanced cardiac life support). Siapkan terapi farmakologi untuk menunjang fungsi hemodinamika dan memaksimalkan fungsi jantung. Obat tambahan dapat meliputi dopamin dan analgetik untuk mengurangi nyeri dada. Jika terapi farmakologi tidak berhasil mendukung status kardiak, mungkin diperlukan tindakan pacing eksternal atau transvenus.
Daftar Pustaka
Panduan Belajar Keperawatan Emergensi Oleh Kathleen S. Oman, Jane Koziol-McLain & Linda J. Scheetz
|
Posted via Mobile Device
|