
16th January 2011
|
 |
Moderator
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: In Your Heart
Posts: 1,046
Rep Power: 22
|
|
:: Berlatih Fotografi di Gunung Salak-Halimun ::
langsung ajah ya mandan..
Quote:
Berikut pengalaman pelatihan fotografi di Gunung Salak Halimun yang ditulis Stringeresha di situs habibat.net, sungguh pengalaman yang cukup menarik (Red)
Ursula Murti sengaja bangun lebih awal pada jumat pagi itu, akhir November lalu. Datang dari Jakarta, ia tak ingin melewatkan acara yang akan digelar di wilayah eksplorasi panas bumi Chevron Geothermal Salak Ltd., (CGS), Gunung Salak-Halimun, yang termasuk dalam kawasan Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ursula telah membawa satu set perlengkapan fotografi: Nikon D80 dengan lensa 18 � 135mm f3.5 � 5.6. �Baru satu bulan saya pake kamera ini,� ujar perempuan berkacamata minus itu seraya tersenyum.
Berkumpul di ruang rapat di kantor utama, Ursula tak sendirian. Di situ rekan-rekan kerjanya telah juga hadir untuk menyerap ilmu fotografi dari Tantyo Bangun, pemimpin redaksi National Geographic Indonesia yang juga praktisi fotografi handal. Menjelang akhir pekan, sebagian besar karyawan CGS bersiap-siap kembali ke rumah, usai bekerja sepanjang minggu. Namun, karena gelaran pelatihan fotografi satu hari, mereka rela menunda kepulangan ke rumah.
Fotografi merupakan hobi universal, tak berbatas sekat dan ruang. Rex Soeparjadi, yang menjadi orang nomor satu di wilayah eksplorasi CGS tergelitik menyimak pemaparan Tantyo. Sesekali ia pergi dari kursi lantaran harus menerima panggilan pada telepon selulernya. Tak jarang pula, ia melontarkan kasus yang pernah ditemui di kala berburu foto.
�Untuk membuat rangkaian esai foto yang baik, jangan pernah segan untuk melakukan riset terlebih dahulu,� ujar Tantyo. Penulusuran pustaka sangat membantu kita untuk memahami subyek yang akan difoto. Misalnya saja, pengambilan gambar di kawasan rehabilitasi orangutan di Nyaru Menteng, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Karena sebagian besar orangutan yang direhabilitasi ini pernah dipelihara manusia, maka mereka tak terlampau takut dengan kehadiran fotografer. Untuk kasus ini, �kita dapat memakai lensa lebar dengan jarak pengambilan sekitar satu sampai satu setengah meter,� sebut Tantyo seraya menyajikan hasil-hasil fotonya di kawasan itu.
Penggunaan lensa panjang (tele-lens) di dalam hutan � yang miskin pencahayaan � masih dimungkinkan berkat adanya fasilitas image stabilizer. Dengan demikian, gambar yang dihasilkan masih tetap tajam. �Jangan lupa untuk memadatkan subyek dalam bidang gambar kita,� pesan Tantyo menunjukkan contoh yang telah ia buat sebelumnya.
Konvergensi Teknologi
Kecanggihan teknologi multimedia juga merambah dunia fotografi masa kini. Dengan pesatnya kemajuan dalam peranti keras dan lunak, proses konvergensi (keadaan menuju satu titik pertemuan) terjadi pula. Besaran, fungsi, dan kemampuan sebuah perangkat dimampatkan dalam sebuah desain yang bisa meluncurkan beragam guna. Kini konvergensi yang tengah marak adalah telepon genggam yang digabungkan dengan perangkat fotografi. Bila sebelumnya fitur ini hanya menjadi pelengkap, saat ini secara perlahan mulai seimbang, jika tak boleh disebut dominan, entah itu dalam kemampuan maupun kualitas. Alat yang telah berkembang begitu pesat tentu kembali kepada kemampuan dasar seorang fotografer.
�Nah, sekarang saya minta bapak dan ibu semuanya untuk mencoba menebak, mana foto yang diambil dengan kamera digital SLR (single-lens reflex) dengan foto hasil kamera handphone,� ujar Tantyo menyajikan serangkaian foto yang menjadi kuis dadakan tersebut. Kontan, ruangan menjadi gaduh. Sementara Tantyo tersenyum simpul, beberapa peserta masih tak percaya bila ada foto yang dihasilkan dari kamera pada ponsel. �Ada dua foto yang diambil dengan handphone yang telah dilengkapi dengan kamera resolusi 3,2 megapiksel,� ujar fotografer yang karyanya pernah dimuat di National Geographic, Time, Newsweek, Asiaweek dan lainnya ini memberikan bocoran.
Usai jawaban dikumpulkan, Tantyo menyingkap rahasia. Seluruh peserta terperangah, tak menyangka bila foto yang dihasilkan kamera sebuah telepon selular mampu menyaingi kamera digital SLR. �Tapi, jika kita perhatikan secara seksama, perbedaannya pada saturasi warna. Foto dari handphone menghasilkan warna yang lebih biru dan kurang matang,� terang fotografer yang pernah menjejalahi Benua Antartika pada 1995 ini. Tak berhenti di situ, sebagian peserta terus menggali ilmu fotografi � entah itu dari pengalaman pribadi maupun teori yang ingin lebih dipahami.
Tanpa terasa acara pengantar fotografi yang diberikan Tantyo telah menghabiskan waktu dua jam. Namun, berbagai pertanyaan belum juga berhenti. Ada yang masih penasaran dengan konvergensi telepon genggam yang dapat menghasilkan gambar yang cukup baik. Ada pula yang ingin menggali lebih dalam teknik fotografi di lapangan. Itu sebabnya, panitia telah menyiapkan acara berburu foto di beberapa titik di wilayah eksplorasi panas bumi (geothermal) milik CGS bersama Tantyo.
Bersama puluhan rekan yang telah membawa berbagai perlengkapan fotografi, Rex dan Ursula pun tak mau tertinggal. Terlebih lagi, hasil-hasil foto yang dihasilkan pada acara itu akan dibahas bersama-sama. Hamparan karpet hijau perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VIII, sumur injeksi, dan bentangan pipa uap panas menjadi subyek yang menarik. Kadangkala ada rekan yang membidik tingkah rekan lainnya yang tengah membidik subyek. Kalaupun ada yang disayangkan, sepanjang hari sinar mentari terhalang oleh tebalnya halimun pegunungan.
Dalam pembahasan hasil foto, karya tiap peserta dipresentasikan. Beberapa pehobi fotografi itu menjelaskan obyek yang menjadi bidikannya. Dr. Suharwanto yang memiliki latar belakang teknik sipil memperlihatkan hasil bidikannya yang diambil dari sudut pandang seorang ahli teknik. Ia kadangkala terlihat lupa menempatkan skala dan kedalaman dari sebuah bidang atau struktur bangunan yang difoto. Dalam kesempatan tersebut, Tantyo juga mengingatkan masalah pembagian ruang dan penempatan subyek foto dalam bidang gambar. Semoga saja kegiatan berlatih bersama di wilayah lingkungan kerja ini menjadi pemicu semangat pehobi fotografi yang tergabung dalam Salak Photography Club ini. (Stringeresha)
|
sekian dan terima kasih..
|