Haji dan Qurban: Momentum Instrospeksi Diri

nurkasep

Islam merupakan agama yang sempurna, karena setiap syariat yang Allah SWT turunkan untuk manusia mempunyai hikmah yang penting untuk kemaslahatan manusia. Begitupun dengan syariat ibadah haji dan qurban. Haji dan qurban jika direnungi dapat menjadikan setiap muslim ihsan yang berserah diri kepada Allah SWT dan mampu memperbaiki dirinya dari kekhilafan.

Salah satu rukun haji adalah wukuf di arafah, saat melaksanakan wukuf para hujjaj berdoa dan berdzikir sekaligus memohon ampun, mengakui kebesaran Sang Pencipta serta pesan persatuan dan persaudaraan sesama muslim adalah keindahan tersendiri saat wukuf. Ketika wukuf tidak ada perbedaan di mata Allah SWT, standar kemuliaan dalam pandangan Allah SWT hanya adalah ketakwaan seseorang. Wukuf dilaksanakan pada tanggal 9 dzulhijah.

Pada hari itu umat muslim yang tidak berhaji disunahkan berpuasa. Rasulullah bersabda �Puasa pada hari Arafah menghapuskan dosa setahun lalu dan yang akan datang� (HR. Muslim). Selanjutnya pada 10 dzulhijah, seluruh umat muslim disyariatkan untuk ber-qurban. Ibadah qurban adalah penyembelihan hewan qurban dengan niat ikhlas taat kepada Allah SWT. Qurban mengingatkan kita pada keikhlasan, kesabaran, dan konsistensi dalam ketaatan Nabi Ibrahim AS ketika duperintah untuk menyembelih anaknya tercinta.

Qurban merupakan wujud syukur setiap Muslim atas nikmat Allah SWT yang sedemikian banyak telah dianugerahkan. Komitmen berbagi dan peduli kepada sesama yang terkandung dalam qurban relevan dengan realitas sosial sepanjang sejarah kemanusiaan, termasuk dengan kehidupan umat Muslim masa kini di belahan bumi mana pun. Keadilan dalam berbagi juga sangat ditekankan dan merupakan bagian dari ajaran Islam. Haji dan qurban adalah dua macam ibadah yang menjadi momentum untuk mempertebal keikhlasan, ketaatan serta komitmen kepedulian umat Muslim pada sesama.

Sumber: website lazuardi, dunia Islam, lembar jumat

Terkait:

Menu