
12th January 2011
|
 |
Ceriwis Pro
|
|
Join Date: Jul 2010
Location: TM#45|PIC#043|
Posts: 2,510
Rep Power: 40
|
|
China Mampu Ekstrak Nuklir dalam Keadaan Panas
Quote:
KRISIS energi yang terjadi di seluruh dunia membuat setiap negara harus mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan energi. China salah satu negara yang sudah mengembangkan teknologi baru berupa mendaur ulang bahan baku nuklir tua.
Kepala Teknik proyek bahan bakar nuklir dari The China National Nuclear Cooperation (CNNC) Wang Jian dalam wawancara dengan China Central Television (CCTV), awal pekan lalu membenarkan bahwa teknologi itu seratus persen asli dan baru.
"Kami bisa memproses bahan bakar nuklir yang sudah tua dengan teknologi asli buatan China," demikian klaim Jian.
Media Barat pun melansir berita teknologi daur ulang bahan nukli r tersebut merupakan metode baru. Walaupun sebetulnya kemampuan China mendaur ulang bahan bakar nuklir ini sudah lama.
Pada 1975, militer China telah mampu memisahkan plutonium dan uranium dari bahan bakar nuklir yang digunakan. Sukses pemisahan plutonium dan uranium membuat China lewat CNNC membuka pusat percontohan daur ulang pada bahan bakar nuklir di Lanzhou, pada 2006.
Laporan yang ditulis World Nuclear Association menyebutkan China mampu mengolah 100 ton bahan bakar nuklir tua per tahun, dengan menggunakan metode ekstraksi plutonium.
Kesuksesan tersebut akhirnya membuat perusahaan energi nuklir Prancis Areva membuat kesepakatan dengan CNNC, untuk membuat pabrik daur ulang bahan bakar nuklir di Jiayuguan, Provinsi Ganzu, China. Sampai sekarang 80% energi listrik yang digunakan di Prancis bersumber dari nuklir.
Kepala Biro Kerja Sama Hukum dan Hubungan Masyarakat Batan Ferhat Aziz menanggapi hal itu, menyatakan bahwa China sudah lama memburu bahan uranium dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Alasannya, cadangan uranium yang dimiliki China cukup sampai 50 tahun sampai 70 tahun. Lalu setelah itu apa? PLTN dibangun kan untuk menyediakan energi listrik selamanya," kata Ferhat kepada Media Indonesia, Rabu (12/1).
Periset nuklir ini menambahkan, saat ini China sedang membangun 26 PLTN. Untuk itu kebutuhan terhadap uranium sangat tinggi. Cara yang bisa digunakan dengan menggunakan fast breeder reactor (FBR), sebuah teknologi menciptakan 'anak' energi baru dari induknya dengan cepat.
Adapun bahan yang digunakan bukan lagi uranium (U) 235 yang biasa dipakai untuk bahan energi PLTN. "Sebab U 235 dari alam hanya mampu menyediakan 0,7% yang bisa dijadikan energi listrik. Sedangkan U 238 yang jumlahnya paling banyak di alam belum pernah dipakai untuk bahan energi listrik," terangnya.
Untuk itulah, dengan adanya FBR itu, bahan dari U 238 bisa digunakan. China, lanjut Ferhat, kini mampu meningkatkan cadangan listrik dengan mengembangbiakkan U 238 60 kali lipat. "Bila cadangan nuklir semula sampai 70 tahun, kini China sudah punya cadangan bahan nuklir sampai 300 tahun."
Ferhat menjelaskan, saat ini yang menjadi isu paling ramai di kalangan pengamat nuklir internasional adalah revolusi yang dilakukan China di bidang pengayaan nuklir ini.
Dari penjelasan Ferhat, China mampu mengekstrak plutonium dari FBR dalam keadaan panas atau radiasi tinggi.
"Ini yang sedang kami pelajari. Ada dugaan China mengekstrak dalam kondisi panas. Padahal yang dilakukan para produser nuklir seperti AS, Jerman, Prancis, dan Rusia masih menggunakan suhu dingin. Untuk mendinginkan saja butuh waktu bertahun-tahun," pungkasnya.
|
|