
26th December 2010
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Sep 2010
Posts: 329
Rep Power: 288
|
|
.::Makanan Khas Bali di Hari Natal::.

Quote:
Perayaan Natal di Bali juga ditandai dengan menu hidangan khas setempat, sama seperti umat Hindu merayakan Hari Suci Galungan, hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) yang dirayakan setiap 210 hari sekali.
Jika di hari Galungan Umat Hindu terbiasa mengolah masakan seperti lawar, urutan dan be balung, yakni daging dipadukan dengan ares (batang pohon pisang), maka umat Kristiani di Pulau Dewata pun melakukan hal yang sama pada Hari Natal 2010, Sabtu.
Di Desa Tuka, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, misalnya, tampak umat kristiani setempat melakukan olahan masakan tradisional khas Bali tersebut.
Ketua Dewan Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Ketut Jack Mudastra, menyebutkan bahwa, kebiasaan mengolah masakan khas Bali pada Hari Natal tersebut sudah berlangsung secara turun-temurun.
Pada Hari Natal umat Kristiani menerima ucapan selamat dari warga sekitarnya yang beragama Hindu. Selesai bersilaturahmi, para tamu disuguhi makanan dengan menu masakan khas Bali.
Masyarakat Tuka yang beragama Kristen, Hindu dan agama lainnya hidup berdampingan, rukun dan harmonis satu sama lain.
Dalam hidup keseharian mereka saling tolong menolong, termasuk dalam menggelar kegiatan (hajatan), baik pada tingkatan rumah tangga maupun di desa adat.
"Kalau ada umat Hindu yang meninggal dan dilanjutkan upacara pengabenan, warga nasrani wajib membantu kelancarannya," ujar Jack Mudastra.
Demikian pula untuk persiapan Natal dan kegiatan lainnya yang dilakukan umat kristiani kali ini, sepenuhnya mendapat dukungan dan bantuan dari umat Hindu.
"Pendeknya segala sesuatu yang berbau adat dan keagamaan kita kerjakan secara ikhlas dan bersama-sama," ucap Ketut Jack Mudastra.
Sementara itu umat Kristiani di Desa Bongan Kabupaten Tabanan, 21 km barat Denpasar setiap perayaan Natal mempunyai tradisi "ngejot` atau memberikan bingkisan makan berupa daging babi kepada tetangga yang beragama Hindu.
Tradisi "ngejot" menjelang hari raya Natal menurut Pendeta Rai Saul Suryadi sudah dilakukan sejak lama, sebagai upaya memupuk keharmonisan antarumat beragama. Meskipun berbeda agama, namun tetap bisa hidup berdampingan dengan aman dan damai.
Hingga kini tradisi ngejot tetap dipertahankan warga kristiani Banjar Munduk, Desa Bongan. Selain itu, mereka memasang penjor di setiap depan rumah mereka.
Di Desa yang terletak sekitar satu kilometer arah selatan Kota Tabanan atau 21 km barat Denpasar itu, warga masih melestarikan tradisi menjelang Natal serta meramaikannya dengan hiasan penjor seperti saat umat Hindu merayakan Galungan.
|
Posted via Mobile Device
|