|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
POLA rekrutmen bukan hanya diterapkan untuk mencari pegawai. Di dunia hitam kejahatan, rekrutmen juga dilakukan. Satu kelompok perampok menghimpun anggotanya dengan cara seperti di film-film mafia. Rekrutmen keras dengan tuntutan loyalitas tanpa batas diterapkan komplotan berlabel �Pitam Kuning� (bukan Pita Kuning seperti berita sebelumnya). Keberadaan gerombolan ini terungkap setelah dua anggotnya ditangkap di aparat Polres Kabupaten Tangerang. Sedikit demi sedikit terkumpul data bagaimana rekrutmen dilakukan. Sejak awal calon anggota dilirik, kekerasan sudah dilakukan. Dengan uang sebagai fokus gerakan, setia kawan adalah harga mati. Perekrutan dilakukan dengan mencari orang-orang yang dianggap memiliki keahlian. Tak tanggung-tanggung, demi penyelamatan diri usai beraksi, mereka mencari orang ahli yang ahli mengendarai motor roda dua. Bukan jago di sirkuit balap atau jago ngebut saja tapi juga lihat berkelit saat menghadapi bahaya semisal diburu polisi atau dikejar massa. Maka, anggota geng motor pun direkrut. Saat beroperasi ada pemegang komando. Ia yang membagi tugas sesuai dengan keahliannya. Polisi mencatat, jaringan ini bukan hanya ada di Jakarta dan sekitarnya tetapi juga di berbagai kota lain di Indonesia. Setiap wilayah dipimpin seorang ketua yang juga berperan sebagai pengatur aksi. Daerah Tangerang diketuai pria gondrong setinggi 169 cm, berkulit putih dengan hidung mancung nyaris sekujur tubuh ditutupi tato absrak. Wilayah Bekasi dipimpin Andi, Karawang diketuai Very, Semarang dikomando Joe, Jakarta dipimpin Sulaiman alias Pakde, 40, yang tingginya 174 cm dengan tubuh kurus, rambut dibelah tengah dan wajah dilengkapi jambang serta kumis tipis. Komplotan ini juga ada di Serang dan Surabaya. Peran ketua layaknya seorang godfather. Selain sebagai pengatur serangan, pembagi tugas, ia juga berperan sebagai juru doktrin tak kenal belas asih. Siapa berani melanggar kesetiakawanan kelompok, nyawa menjadi bayarannya. Eksekusi mati akan dilakukan dengan senjata api dengan pelatuk ditangannya sendiri. Lebih ekstrim lagi, pelanggar loyalitas tak hanya dihukum secara personal tetapi juga merambat pada keluarganya. Orang-orang tercinta si pelanggar akan mengalami penculikan, penyiksaan bahkan bahkan pembunuhan. Cara sadis ini sudah dipahami benar oleh anggota �Pitam Kuning� karena saat perekrutan mereka juga menjalaninya dengan berbagai tinda kekerasan yang bisa menyerempet ke keluarganya. Itu makanya, anggota Pitam Kuning juga harus mendoktrin keluarga untuk mendukungnya minimal dengan tak mudah membuka mulut saat polisi mencurigainya. BAGI HASIL BERSTRUKTUR Sistem pembagian berstruktur bukan cuma dilakukan saat berbagi tugas ketika merampok. Usai beraksi, aturan main sama tetap berlaku. Sistem pembagian hasil kejahatan itu menyebutkan semua hasil kejahatan 100 persen untuk wilayah kelompok. Artinya, tak ada hsil kejahatan yang harus diserahkan ke kelompok Pitam Kuning di wilayah lain. Setiap anggota mendapat bagian 20 persen dan sisanya, 80 persen, untuk ketua wilayah. Bagi anggota baru, jatah yang didapat tak sesuai dengan tuntutan yang harus dipenuhi. Mereka hanya diberi Rp200.000. Bayaran kecil ini dilakukan dengan tujuan anggota baru itu mengerahkan kemampuan terhebatnya hingga imbalan yang didapat bisa seperti teman-teman kejahatannya. Cara kerja terorganisir dengan anggota yang dianggap terlatih ini membuat kawanan itu bisa bergerak cepat. Dalam hitungan menit, mereka berpindah tempat dari satu minimarket ke toko swalayan lainnya. Senjata tajam, pistol, bahkan tali sepatu menjadi bekal. Korban atau saksi yang melawan bakal kena pukul, bacok bahkan tembak. Polisi menangkap dua dari tujuh anggota kelompok ini saat beraksi di sebuah minimarket di Pasar Kemis belum lama ini. Kedua pelaku, Sadam Husein, 21, dan Lili Rusli, 28, terpaksa ditembak kakinya lantaran mencoba kabur saat disergap (Pos Kota, 22/5). Polisi menyita sejumlah alat dan hasil kejahatan di antaranya korek api berbentuk senjata api, pisau dapur, HP, masker penutup wajah, rambut palsu dan sejumlah uang hasil rampokan. Mereka ambil bagian dalam setidaknya empat kali perampokan yang terjadi dalam dua bulan terakhir. Perampokan itu terjadi Pasar Kemis, pada 30 April dengan kerugian Rp3 juta, toko swalayan di Jl. Raya Serpong, pada 4 Mei yang pengelolanya merugi Rp30 juta, minimarket di Jl. Raya Serpong, pada 6 Mei yang dibobol Rp35 juta serta di toko swalayan Pasar Kemis, pada 15 Mei yang pengelolanya merugi Rp3 juta. TERUS MERAMPOK Indoktrinasi dengan penekanan loyalitas yang tinggi membuat komplotan ini terus merampok. Bahkan saat ada anggota yang tertangkap. Ini dilakukan lantaran mereka yakin anggota yang tertangkap tak akan buku mulut karena khawatir keluarganya menjadi sasaran jika nekat berkhianat. Sebaliknya, ketika ada anggota dibekuk polisi, anggota lain yang masih bebas terus beroperasi. Bagai mengabarkan pada polisi bahwa mereka masih eksis, mereka merampok minimarket 24 jam di Jl. Raya Serpong Km 7. Bersenjata api, lima garong melumpuhkan tiga pegawai lalu menguras Rp10 juta dari brankas dan menggondol puluhan dus susu dan rokok . Kapolres Kabupaten Tangerang, Kombes Bambang Priyo Andogo, mengatakan melihat caranya beroperasi, diyakini mereka berasal dari Kelompok Pitam Kuning. �Kami tak akan menyerah memburu mereka,� janjinya. Gambar pitam kuning: ![]() Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|