Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
pingpong's Avatar
pingpong pingpong is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,888
Rep Power: 21
pingpong mempunyai hidup yang Normal
Default JAKARTA HARI ITU (Sebuah Permenungan)

Jakarta. Ibukota negara Indonesia. Sempat hampir 1 minggu berkutat dengan keramaian dan kepadatan kota Jakarta dan sekitarnya. Hiruk pikuk kendaraan lalu lalang seakan tak pernah berhenti. Sepertinya kota ini tidak pernah tidur. Padat, macet, dan semua orang terburu-buru seperti dikejar oleh waktu. Kota metropolitan yang tidak pernah berhenti beraktifitas.



Hari itu, Jakarta kota menjadi tempat tujuanku untuk jalan-jalan. Angkutan umum menjadi satu-satunya alternatif untuk bepergian dari Bekasi, tempatku menginap selama berada di sana. Menuju Jakarta kota dengan menumpang kereta api listrik merupakan sebuah pengalaman baru bagiku. Berbeda dengan kereta api yang biasanya. Tempat yang cukup bersih dan tepat waktu. Satu-satunya angkutan umum di Jakarta yang bebas dari macet. Makanya kereta api menjadi pilihan banyak orang. Bagus. Cukup bagus menurutku. Semua orang dari tingkatan sosial ekonomi yang berbeda-beda menjadi satu dengan gayanya masing-masing.



Siang itu cukup panas. Tujuanku satu, yaitu Kota Tua, tempat bersejarah dimana sering diadakan sesi pemotretan dan shooting video. Tempat yang cukup terawat, karena menjadi salah satu tempat wisata bagi orang-orang. Tempat yang kukunjungi adalah Museum Wayang dan Museum Fatahillah. Di situ juga disediakan tempat penyewaan sepeda untuk orang-orang yang ingin berkeliling di sekitar tempat tersebut. Berkeliling di sekitar daerah Kota Tua tidak membuatku merasa lelah. Kecuali untuk yang menemaniku ( it's ok,hun )



Dari kota tua, aku menuju Salemba untuk bertemu dengan teman-temanku. Menempuh perjalanan dengan busway cukup membuatku bingung. Jalur mana yang harus dinaiki. Sepanjang perjalanan di busway, aku melihat ada seorang ibu dan dua orang anaknya yang tinggal di kolong-kolong jembatan. Mungkin malah di selokan. (Sayang aku tidak sempat memotretnya karena dari dalam busway) Rasa prihatin ini muncul dalam hatiku. Tidak hanya pada keluarga itu, tapi juga pada kota Jakarta dan segala aspek kehidupannya. Kenapa?



Semua orang terlihat terburu-buru. Semua orang punya kepentingannya masing-masing. Semua yang mereka kerjakan seolah-olah hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan juga keluarga serta orang-orang terdekatnya. Seakan-akan tidak punya waktu sama sekali untuk sekedar membantu dan berbuat untuk orang lain yang benar-benar membutuhkan. Ibu yang aku lihat, terlihat susah payah menaikkan anaknya dari selokan ke jalanan. Anak yang kurang lebih umur 4 tahun juga harus dengan susah payah memanjat tepi selokan dengan bantuan ibunya. Sedangkan banyak orang lalu lalang di sekitar itu. Apa tidak tergerak hati orang-orang itu untuk membantu ibu tersebut? Atau semua orang di situ tampak terlalu jahat sehingga semua bantuan harus ada imbalan? Apa seperti itu pikiran orang-orang di sana? Sungguh-sungguh berbeda dengan kehidupan yang selama ini aku jalani.



Jakarta memang keras. Jakarta begitu hedonis. Tapi ini juga memunculkan keprihatinan tersendiri dalam diriku. Dan tidak menutup kemungkinan jika aku hidup di Jakarta, aku juga akan seperti mereka. Sibuk dengan diri sendiri dan kerjaan yang ada, seakan-akan tak punya waktu untuk orang lain yang membutuhkan pertolongan, setidaknya pertolongan tenagaku. Pertolongan materi bisa saja kapanpun dilakukan. Tapi bagiku (yang tidak punya dalam hal materi juga), pertolongan berupa sapaan, uluran tangan, tenaga, keikutsertaan, berbagi keringat dan lelah, itu merupakan satu perhatian dan ungkapan kepedulian yang mengena bagi orang-orang yang membutuhkan. Materi bukan yang utama, walaupun tidak bisa dipungkiri itu adalah kebutuhan. Tapi bagaimana peran serta aktif untuk terjun dan berkarya di tengah-tengah orang yang membutuhkan menjadi sebuah nilai yang bermakna dan pembelajaran yang berguna bagi diriku dan juga orang-orang tersebut. Itulah indahnya berbagi.



Pertemuanku dengan teman-teman semakin membuatku mengerti akan kehidupan Jakarta dan realitasnya. Pertemuan yang semula kuinginkan adalah pertemuan dengan perbincangan yang hangat. Tapi akhirnya semuanya menjadi sibuk sendiri dengan aktifitasnya masing-masing. Tapi terima kasih sudah mengajarkanku untuk lebih menahan diri tidak terhanyut akan semua itu.



Sore hari aku pulang dengan sebuah permenungan akan hidup dan realita sosial. Keprihatinan itu menjadi sebuah permenungan yang cukup membekas dalam hatiku. Aku hanya seorang biasa dan tak ingin menjadi orang yang luar biasa. Aku hanya ingin tetap hidup, berkarya, dan berbuat sesuatu untuk orang lain.



Jakarta hari itu. Terima kasih atas semua pengalaman yang kudapatkan.



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 08:59 PM.


no new posts