Krisis Obat Makin Meningkat di Gaza
REPUBLIKA.CO.ID,GAZA--Krisis obat yang diumumkan Kementerian Kesehatan pada awal Juni lalu terus meningkat tajam di sejumlah gudang obat di Jalur Gaza. Jatah obat yang proporsinya 40 % untuk Gaza dan 60 % untuk Tepi Barat berasal dari bantuan bank dunia tidak dikirimkan otoritas Ramallah.
Mereka yang terkena dampak langsung krisis ini adalah pasien gagal ginjal, kanker, anak-anak, dan pasien yang hendak dioperasi. Abdul Latif Zaim (40) penderita gagal ginjal sejak 6 tahun lalu, harus ke rumah sakit 3 kali sepekan untuk cuci darah, dan masih banyak pasien sejenis di sejumlah rumah sakit Gaza.
Zaim dan banyak pasien lainnya terpaksa membeli sejumlah obat yang dapat meringankan kondisi mereka, namun tidak banyak bermanfaat, di samping situasi ekonomi mereka tidak mendukung untuk membeli obat yang mahal.
Dr. Munir Parsh, Dirjen Apotek di Kementerian Kesehatan menyebutkan, seharusnya beberapa hari kedepan jatah obat Gaza yang mencapai 40 % tiba di Gaza. Sudah sejak lama tidak ada kiriman obat atau perlengkapan medis ke gudang-gudang obat di Gaza yang sudah tidak memiliki pasokan 180 jenis obat dan 149 perlengkapan medis. Kondisi ini sangat berdampak buruk bagi sektor kesehatan di Gaza.
Sementara itu Ashraf Qudrah, Kepala Bagian Humas dalam keterangannya menyatakan, kelangkaan ini makin menambah situasi krisis yang mengancam sektor kesehatan di sejumlah rumah sakit dan pusat kesehatan dalam memberikan pelayanan minimumnya.
Ia menyebutkan, krisis kelangkaan obat makin bertambah sejak lima tahun terakhir, dan mengancam kehidupan para pasien, puluhan dari mereka meninggal akibat krisis ini. korban terakhir adalah salah satu dari kembar lima akibat kekurangan suntikan travastan untuk menyelamatkan hidup mereka yang mengalami masalah di paru-parunya dan kelambatan dalam pertumbuhan.
http://www.republika.co.id/berita/in...ingkat-di-gaza