FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Ada sesuatu pada dirimu
Yang membuatku sulit untuk beralih pandang Seakan memakuku pada satu titik pandang Dimana waktu dan ruang hanyalah lelucon Sekedar rasa tertarik atau memang aku memujamu Tapi kuyakin Tuhan pasti memaklumi apa yang kurasakan ini Selarik rasa diatas segala keterbatasan Dimana dunia dan aku saling menertawai Aku menyukai perasaan ini Sensasi yang seperti rintik hujan di sore hari Sejuk dengan aroma alam yang kental Ditemani secangkir kopi hangat Terkait:
|
#2
|
||||
|
||||
![]()
Dalam genggaman dinginnya malam
Dan pekatnya gelap Kesunyian menyusup tanpa aku ketahui Ku raba bagian dalam hatiku Kosong tak bertuan Seandainya bulan waktu itu tidak terbagi bintang Aku mungkin akan terhenti Mencintai namun tak terasa Terangkai namun tak tersusun layaknya siang bagaikan malam Biarpun terang tak terasa ramai Aku bangga melihatmu Biarpun hanya selembar kain tipis tak berujung Dan sebesar batang pohon Aku masih dapat melihatmu dibaliknya Sampai kapan aku menunggu agar mawar tersenyum Senyumannya hanya senyuman terkulum untukku Lily demikian adanya Tak bersuara dan bergerak Gerakan semu saja serta tiupan angin yang terlihat Last edited by Nishikawa; 20th August 2010 at 07:29 PM. |
#3
|
||||
|
||||
![]()
Kau tahu siapa yang berbicara dengan awan?
Siapa yang bernyanyi dengan angin Yang berirama mengikuti alunan jerami Tertidur di punggung hidup berwarna abu Kau benar.... Dialah Sam, anak petani Dialah yang selalu berbicara dan berteman dengan awan Terkadang dia bernyanyi mengikuti alunan jerami |
#4
|
||||
|
||||
![]()
Selimut pagi yang menyelimuti lekukkan hatiku
Terganti oleh sajak-sajak pujangga pagi Deburan ombak-ombak sekeras bisikkan kupu Rengkuhan mawar membuatku sesak Bersama dengan belaian angin utara dan rona mega di ufuk barat Lihatlah edellweis yang sangat menawan di ujung mataku Untukmu wahai penyair-penyair cinta abadi Untuk cupid yang hanya aku sampaikan sedikit salam dan senyuman untuknya Untuk musim cinta dan menyayangi bergandengan tangan di pojok taman Cemara-cemara berpayung megah mentari Kristal-kristal salju yang tersangkut diujung jemariku Merengkuh manja layaknya anak beruang Mawar-mawar sirna bermahkotakan duka lara Sedih bersama langit-langit suram Hai sajak-sajak pagi, yang membangunkanku dari tidur panjangku Bangunkan aku dari mimpi-mimpi burukku Hingga aku tak lagi ditemukan dengan mata lebam dan membiru Tangan-tanganku yang kini tidak lagi dapat mencapai bayang-bayang matahari Jiwa-jiwaku mati tertusuk embun-embun malam Kaki-kakiku terpasung jiwaku yang mati Saat bayang-bayangku memendek dan semakin sirna Saat leher-leherku tergorok filsafat-filsafat buta Dan prasasti-prasasti kokoh berdiri Aku hanya memeluk kaki dinginku di ranjang tidurku Urat-urat nadiku semakin pendek dimana hatiku berontak dan mengerang Dimana jantung-jantung yang berdetak semakin cepat hingga tidak berbunyi Warna merah darahku yang tergantikan putih salju Waktu-waktu yang menyesakkan kamarku Hingga ku mencari dimana kenangan abadi tentangmu diatas mawar sebagai embun pagi |
#5
|
||||
|
||||
![]()
Melihat kabut-kabut putih teranyam bersama alunan sutra simphoni
Pucuk-pucuk dandelion yang semakin pudar Disirami embun siang hari Biarlah hati ini menunggu Biarlah perasaanku ini membias Biarlah jiwa ini terikat benang-benang merah Hingga dia tersenyum.... Dari Tokyo hingga Hamamatsu Aku menunggu.... Menunggu hingga dia tersenyum Lingkaran-lingkaran waktu mengikatkan aku di pohon oak merah jingga Mataku menangis diantara Tokyo dan Hamamatsu Hatiku meronta.... Ingin lepas dari ikatan waktu Diantara langit-langit yang terjulur menerus ke utara Hingga selatanpun penuh dengan langit-langit utara Tapi hatiku tidaklah penuh dengan waktu Waktu yang tadi mengikatku di pohon oak merah Di tengah danau Pijakku tak lagi sekuat dulu Jemariku tak lagi selembut belaian nyiur-nyiur pantai Tubuhku tak lagi setegar batu karang Hingga dia tersenyum... Senyuman yang membuatku tetap hidup Hidup melewati kasur-kasur rintangan Dan makanan-makanan waktu Biarlah kuning menjadi putih Ketika putih menjadi mega di langit-langit utara Aku menunggunya Hingga dia tersenyum..... |
#6
|
||||
|
||||
![]()
Untuk setiap desah nafasku yang kian hilang
Demi daun-daun oak merah yang semakin berguguran Janjiku pada matahari menguning hingga jingga dan hitam legam Dan kenanganku kepada mawar yang bermahkotakan sesal Mengapa hatiku tak lagi utuh hingga berlubang di tengah Jiwaku cacat tersayat kepingan-kepingan duka di pagi hari Suaraku tenggelam di danau tengah kota Kegelisahan aku tampak nyata di kelopak mataku Kupu-kupu tak pernah mau mengerti Mereka terus bernyanyi dan mengepakkan sayapnya Di hari saat kau tinggalkan aku bersama kelopak sakura Jiwaku masih bergulat dengan waktu Bajuku terus berlumuran tanah dan debu-debu Serta ragaku yang terkoyak-koyak duri-duri sembilu Rasa sakit itu membuatku bersyukur saat menyadari cinta itu tidak meninggalkanku... Mulai hari ini aku menggenggam cinta itu dan tak akan melepaskannya lagi... Aku tidak tahu mengapa aku menyukaimu Banyak yang tidak aku mengerti saat aku tertidur, berdiri, duduk Dan saat aku terbangun di malam hari... Saat aku kedinginan oleh angin malam Juga saat aku mulai mencintaimu... |
#7
|
||||
|
||||
![]()
Kelambu-kelambu kelam yang menemani purnama malam
Menari tanpa iringan dan rintihan malam Hanya kelam dan kelam Kelambu purnama yang kelam |
#8
|
||||
|
||||
![]()
kren ndan puisiny.. Bgus bgt..!!
Posted via Mobile Device |
#9
|
||||
|
||||
![]()
Aku bukan pujangga yang menulis ribuan kata
Aku bukan filsuf yang memiliki jutaan makna Tapi seorang yang mencintaimu tanpa kata-kata |
![]() |
|
|