|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Bila nilai-nilai kebinekaan diajarkan dengan baik sejak dini, bibit rasialisme dan radikalisme akan punah.
Ilustrasi: Edi Wahyono Jumat, 5 Februari 2016 Suatu kali arsitek Denny Setiawan, 30 tahun, meminta para murid kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cikini 02 Pagi, Jakarta Pusat, menggambar rumah mereka. Hasilnya, cuma Ilham yang justru menggambar sebuah gedung kotak dengan kalimat “Berani Jujur Hebat!”. Saat ditanya kenapa tidak menggambar rumah, ia bungkam. Dari seorang guru di sekolah itu, akhirnya Denny mendapat penjelasan yang mencengangkan. Rupanya Ilham tak punya rumah dan sehari-hari tinggal di gerobak bersama keluarganya tak jauh dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Jadi, begitu ia bangun setiap hari, yang terlihat adalah gedung KPK. Dalam kesempatan lain, saat mengajar di sebuah sekolah dekat area tambang batu bara di pedalaman Kalimantan, Denny bertanya kepada sejumlah murid tentang cita-cita mereka. Jawabannya adalah menjadi sopir truk atau sopir ekskavator seperti yang dilakoni ayah-ayah mereka. “Dari situ, saya paham, apa yang anak-anak lihat di lingkungan sekitar akan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa mereka,” kata Denny. Semua pengalaman itu didapat Denny saat menjadi guru “Kelas Inspirasi”. ![]() Denny Setiawan Foto: Melisa Mailoa Program yang digagas Anies Baswedan itu mensyaratkan, mereka yang ingin menjadi relawan mesti punya pengalaman kerja profesional minimal dua tahun. Denny, yang menjadi arsitek selepas lulus dari Universitas Bina Nusantara pada 2008, rupanya terpikat pada program tersebut. Setelah dua kali mengikuti tes, baru pada 2013 ia dinyatakan lulus. Sekolah di Cikini menjadi tempatnya pertama kali menebar inspirasi. Dari Cikini, lelaki kelahiran Jakarta, 31 Desember 1985, itu seperti kecanduan untuk menjadi guru. Daerah berikutnya yang ia sambangi adalah sekolah di Depok, Bandung, Samarinda, Balikpapan, dan Palangkaraya. Selain harus kembali mengikuti seleksi dan evaluasi untuk setiap daerah yang diikuti, ia harus merogoh kocek sendiri untuk semua biaya aktivitasnya. “Kami tidak dibayar, karena semuanya merupakan inisiatif pribadi untuk mengajar,” kata Denny. Pengalamannya mengajar ia tularkan kepada teman-teman dekatnya. Salah satunya adalah dr Wenny Kurniawan. Selepas menjadi dokter PTT (pegawai tidak tetap) selama setahun di Sorong, Papua Barat, pada 2012, Wenny mengikuti seleksi untuk menjadi guru “Kelas Inspirasi”. Pada pertengahan September 2013, ia dinyatakan lulus dan mulai mengajar di SDN IV Jatibening, Bekasi. ![]() Wenny Kurniawan di depan murid-murid sekolah dasar tempat dia mengajar sebagai relawan Kelas Inspirasi Foto: dok. pribadi “Murid-murid itu sudah kayak bandit cilik, capek lo ngajar mereka. Suara sampai habis, padahal baru satu hari mengajar,” ujarnya mengenang saat ditemui detikX di Tangkuban Perahu Healthcare, Jakarta Pusat, Selasa, 12 Januari lalu. Tapi, dari situ, ia mengaku bisa lebih menghargai profesi guru. “Karena dulu, sewaktu sekolah, saya juga seperti anak-anak itu,” ujarnya diiringi tawa. Pengalamannya mengajar, meski singkat, dan bertugas sebagai dokter di Papua mengubah sikap dan pola pikir Wenny. Ia makin sadar untuk lebih peduli terhadap negerinya, yang terdiri atas banyak suku dan etnis. Ia juga mulai memperbaiki diri untuk tidak bersikap diskriminatif. Karena itu, tanpa meminta izin orang tua, Wenny melamar menjadi dokter PTT. Saat bertugas di pedalaman Jambi, ia tak hanya menangani kesehatan warga, tapi juga berbagi ilmu dan memotivasi para pelajar serta melatih bidan puskesmas untuk menangani persalinan secara lebih profesional. ![]() Denny Setiawan Hal ini berbeda dengan wejangan orang tuanya agar Wenny membatasi pergaulan dengan kalangan pribumi. Sikap tersebut tak lepas dari trauma pasca-Gerakan 30 September 1965. Kakeknya yang pedagang, kata dia, dipenjara dengan tuduhan terlibat Partai Komunis Indonesia hanya karena berdarah Tionghoa. Hartanya dikuras, lalu diusir dari Indonesia. ![]() Wenny Kurniawan Foto: Hasan Alhabshy “Anak-cucunya diajari supaya enggak usah terlalu dekat bergaul dengan pribumi. Cuma, kayak saya, yang lahir dan tinggal di sini, dapat pasien juga orang sini, terus harus abandon gitu?” tutur perempuan yang gemar travelling ini. Upaya untuk lebih terbuka dan mencintai Indonesia juga ia tularkan kepada adiknya yang mendapat beasiswa di National University of Singapore. Wenny senantiasa mewanti-wanti adiknya itu agar tidak melupakan Indonesia, tanah kelahirannya. “Kalau sudah sukses, harus pulang. Setidaknya, luangkan waktu untuk invest di sini juga,” ujarnya. Wenny berharap, suatu hari seluruh warga masyarakat Indonesia bisa seperti di Thailand. Wenny bercerita, saat pelesir ke Bangkok beberapa waktu lalu, ia berbincang dengan seorang warga yang secara fisik berasal dari etnis Cina. Tapi, saat ditanya soal etnisnya, warga itu menggeleng. “I'm not Chinese, I'm Thai. Nah, aku pingin orang Cina di Indonesia juga begitu,” ujar dokter spesialis akupunktur ini. Kita harus menerima kalau kita Cina, tapi harus mengerti bahwa menjadi Cina tidak bisa memilih."Bagi Denny, yang pernah mengalami bullying sewaktu tinggal di bantaran kali daerah Roxy Mas, Jakarta Barat, kunci mengeliminasi sikap rasialis adalah pendidikan. Jika nilai-nilai pluralisme atau kebinekaan diajarkan dengan baik sejak dini, bibit rasialisme dan radikalisme akan punah. “Meski ada kekurangan, secara riil di lapangan saya sudah merasa merdeka. Kalau masih ada yang rasis, ya karena dia kurang sekolah dan kurang travelling,” ujarnya tertawa. Bergaul dengan beragam kelompok etnis di Tanah Air, salah satunya mengikuti program “Kelas Inspirasi”, menurut Denny, membuat wawasan, sikap, dan pola pikirnya jadi lebih terbuka. Ia tidak gampang terjebak pada isu-isu rasial dan terhindar dari sikap diskriminatif. “Kita harus menerima kalau kita Cina, tapi harus mengerti bahwa menjadi Cina tidak bisa memilih. Menjadi Indonesia itu pilihan. Saya selalu bilang kepada mereka yang rasis, I'm Chinese, but I'm Indonesian,” ujar Denny. Last edited by Gusnan; 7th February 2016 at 05:24 AM. |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
Thread Tools | |
|