
14th April 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Dec 2010
Location: Bandung
Posts: 541
Rep Power: 43
|
|
Koridor Burung Jakarta
Quote:
Di kota seperti Jakarta, kicauan burung seperti ini tentu menjadi hal yang langka dinikmati di alam terbuka. Pembangunan yang masif di Jakarta menjadi penyebab kelangkaan itu. Pembangunan sukses menggusur burung dari habitat mereka.
Ketua Kelompok Tani Sanggabuwana, Chaerudin, alias Bang Idin, tahu betul proses menghilangnya pepohonan, terutama bambu yang berdiri di bantaran kali Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
�Ya tahun 70-an punah kan karena orang membangun bukan karena arif, karena fisik. Bambu ditebangin, diguruk, digusur, bikin real estate,� katanya.
Salah satu jenis burung yang menjadi korban menghilangnya pepohonan di Jakarta adalah elang bondol. Maskot kota Jakarta ini merupakan jenis burung yang membutuhkan pohon yang tinggi sebagai tempat bersarang, kata Dwi Mulyawati, petugas konservasi burung dari LSM Burung Indonesia.
�Bukan hanya elang bondol, tapi berbagai jenis elang, membutuhkan lingkungan dan luasan daerah jelajah yang jauh lebih luas. Kalau elang bondol sendiri sejauh yang kami pahami ada beberapa kawasan yang katanya sudah mulai menghilang. Itu karena dia membutuhkan faktor penunjang lain, seperti pohon besar untuk bersarang, suplai pakan untuk turunannya, untuk anak-anaknya. Harus punya daerah jelajah untuk cari pakan, berkembang biak, membutuhkan yang cukup untuk bisa stabil. Jadi di Jakarta sendiri memang sudah cukup berkurang,� tambah Dwi.
Namun untuk sejumlah spesies yang berukuran lebih kecil dari elang bondol, masih bisa ditemui. Jenis yang kecil ini lebih adaptif dengan manusia dan perubahan lingkungan.
�Ada jenis cae Jawa, yang sangat umum burung gereja. Kalau burung gereja biasanya dia di tanah ya. burung madu. Lalu yang distrata atas pohon ada beberapa jenis kutilang, mereka memang cukup beradaptasi dengan, hidup dekat dengan kehidupan manusia,� ujar Dwi.
Tapi spesies ini juga bakal menghilang, jika lahan terbuka hijau tak ditambah.
Sadar akan semakin berkurangnya lahan terbuka hijau, Bang Idin pun bergerak. Bersama rekan-rekannya di kelompok tani Sanggabuwana, pepohonan mereka tancap dipinggir sungai. Sejak 90-an tepi kali pesanggrahan mereka tanami bambu. Sekarang ada 10 ribu batang bambu yang menjulang di sana.
�Begitu saya tanam bambu, sekarang ada sepuluh ribu batang yang ada itu burung pada datang. Sekarang orang Vila Delima semua kawasan, yang paling kaya, saya. Berkicau itu dari jam 6 sampai 9 pagi, kicauan burung,� cerita Bang Idin.
Penanaman tepi sungai dengan bambu bakal terus dilanjutkan Bang Idin. Tak hanya pada kali Pesanggrahan, tapi meluas ke 13 sungai yang melintas ibukota. Biar burung tetap berkicau, menemani derap langkah warga ibukota.
|
|