|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() THE UPSTAIRS ![]() Jimi Multhazam (vocals) Kubil Idris (guitar) Beni Adhiantoro (drums) Alfi Chaniago (bass & keyboards) Dian Maryana (backing vocal) Home-grown new wave rock group The Upstairs, have been doing just that - creating waves and in the process, proving that Indonesias underground music scene is alive and well. The lead singer and driving force behind The Upstairs Jimi Multhazam is a charismatic cat. Hes been captivating audiences with his on-stage theatrics and electric energy, mimicking 70s punk rock legend Iggy Pop as he prances around the stage wearing white sunglasses and extra-tight black & white striped pants sporting a Mick Jagger hairdo. Seeing the band kitted out in their chinos, spangly shirts and, pop art prints and white sneakers, you could hardly miss their retro credentials. Says Jimi, when the group was formed back in October 2001 we were heavily influenced by overseas bands like A Flock of Seagulls, Joy Division, and Depeche Mode, but we like to complement the synthesizers with heavy guitar lines. The Upstairs beginnings were DIY in the truest sense. They produced and distributed their first EP, Antahberantah, in 2002 by themselves and simply through word of mouth and audiencde reaction it, sold like hot cakes. Known for their free form style of lyricism, eschewing rhyming, the band members include Kubil Idris (guitar), Beni (drums), Alfi Chaniago (bass & keyboard), Elta (keyboard & synths) and Dian (backing vocals). Looking at how the band came together, its clear that theyre not just a bunch of wannabes, copying big names acts like The Killers or Franz Ferdinand but genuine domestic pioneers with their own ideas. FYI, The Upstairs even had formed long before those two nu-wave international acts were born. So why did they choose the new wave genre at a time when our local music chart is saturated with RnB and punk-rock? We did follow mainstream music at first and even played some rockabilly in our early days, Jimi explains. But we soon realized by the time we produced our album there would be thousands of bands out there doing the same thing Jimi goes on to explain that during their early experimental sessions he and Kubil, enjoyed fusing their music with synthesizers creating the weird sounds that would eventually lead to the bands current sound. Jimi loves to imitate the James Brown shoe gazing move while wearing hilarious and outrageous outfits on stage. His tight ankle high jeans, striped shirt, scarf and white framed sunnies are the bands trademark. He says I was heavily inspired by the styles visible in the movie The Outsiders. On Valentines Day in 2004 the band released their CD debut Matraman (also their second studio recording). At the launch party at the famous BBs Club Jakarta, 100 CDs sold out in just two hours. Their moment of glory finally came on the 19th September 2005 when they sealed a contract with Warner Music Indonesia and gave birth to their first major label album Energy with the lethal Disko Darurat (Emergency Disco) on its track list. Theres a certain symmetry to such a pioneering band supporting one of the men who made dance music what it is today. Thinking outside the box. Taken from: THE BEAT Magazine [August 2006 edition] www.beatmag.com Terkait:
|
#2
|
||||
|
||||
![]() Website The Upstairs :
*http://theupstairs3.tumblr.com/ Web-Fans The Upstairs : *http://twitter.com/theupstairs3 *http://www.facebook.com/theupstairs *http://www.myspace.com/theupstairs1
Quote:
Originally Posted by Lirik Lagu The Upstairs
apakah aku berada di mars atau mereka mengundang orang mars
Ruang gemerlapan yang hingar bingar Namun berat kaki terhadap nada Tetapi lantai telah di hentakkan Pertunjukan tetaplah harus berjalan Berdentum nada seiring dada Apa terhidang di lidah ku hambar Tiada bahasa telah terdengar Mampu dipahami tertangkap oleh telinga Apa ku ada di mars Ataukah mereka mengundang Orang Mars Kehadiran ku kian menyiksa mata Menyita sinar pada tata cahaya Mereka berdansa sungguh seragam Tetabuhan purbakala telah dilistrikkan Apa ku ada di mars Ataukah mereka mengundang Orang Mars Apakah aku ada di Mars Atau mereka mengundang Orang Mars MATRAMAN Demi trotoar dan debu yang berterbangan Ku bersimpuh Demi celurit mistar dan batu terbang pelajar Ku ungkapkan Atas nama orang-orang Berdatangan ke utara Kau kan ku jelang Reff: Kan ku persembahkan sekuntum mawar Aku di matraman kau di kota kembang Demi jembatan layang meluncur ke pramuka Ku sandarkan Demi polisi di kantornya di seberang Pengetikan Orang-orang mulai lengang Perempuan malam berdatangan Dan ku bertahan DANSA AKHIR PEKAN Enam hari berseragam Rambutku telah mereka hancurkan Menyita ragam cerita Jelas sekali ku telah diredam Kuberdansa resah Diorbitkan rasa Ke hampa udara Tak terbersit hati Untuk berhenti Dipandang sebelah mata Aku bukan urutan terdepan Namun esok akhir pekan Waktunya tuk melepaskan beban Kuberdansa resah Diorbitkan rasa Ke hampa udara Tak terbersit hati Untuk berhenti Tak terbersit hati Untuk segera Berhenti LOMPAT Lantai..paling teratas.. pagi menjelang sesudah hujan.. perempuan yang rupawan lelap di pembaringan aku kenakan sepatu teringan aku tarik tali dan ku ikat kencang.. berlari..ku menapaki anak tangga terakhir.. aaaa..aaaa.. lompat ku putuskan.. perlahan..ku lepas landas.. lantai teratas menuju jalan.. menjerit sang rupawan aku lambaikan tangan ku cium gelagat kan di pisahkan taq sanggup diri ku kehilangan.. indah..segala kemarin ingin aku kembali.. SATELIT Kurasakan hadirmu tiada tertangkap mata Namun telah ku baca tulisanmu berwarna Apa yang di rasa semua kejadian tersirat Namun selisih kita di jalan mutlak Ku pasti berada di selatan kau singgah Beberapa menit kau beranjak ku tiba Kurasakan aroma parfummu sekejap Dan terdengar langkah-langkah mu berjalan Menghilang Dikaulah satelitku Tersembunyi dalam waktu Dikaulah satelitku Terlampau jauh ku tempuh Tuk membelai mu Andai kumiliki sebingkai gambarmu sekarang Lebih mudah ku rangkai semua tulisan Kan kujadikan buku manual berjalan Dan kulukiskan di setiap tempat kau pernah Singgah Dikaulah satelitku Tersembunyi dalam waktu Dikaulah satelitku Terlampau jauh ku tempuh Tuk membelai mu |
#3
|
||||
|
||||
![]() Lanjutan liriknya
Quote:
Originally Posted by Lanjutan Liriknya
FRUSTASI
Kami ingin nampak putih Kami ingin nampak putih Sepersekian detik di muka TV Dan kami frustrasi frustrasi Kami ingin rambut lurus Kami terjangkit phobia dandruff Semenjak saksikan pariwara TV Dan kini frustrasi frustrasi Kami ingin tambah ramping Dambakan fisik yang lebih cling Seperti standar cantik di televisi Hingga frustrasi frustrasi Bebaskan kami Kami frustrasi KAMI DATANG UNTUK MUSIK Kami datang untuk musik (musik) Dari penjuru dunia yang berbeda Dengan visi yang sama Kami datang untuk musik (musik) Kami generasi sekarang Membawa pembaharuan Kami datang aaa.. Senang..tenang..tenang.. Kami datang aaa... Tenang..tenang..tenang.. Kami datang untuk musik (musik) Huru hara itu terbelakang Maaf kami terdepan Kami datang untuk musik (musik) Kami generasi sekarang Jelas kami berbeda Kami datang aaa.. Senang..tenang..tenang.. Kami sejalan aaa.. Jelas..jelas..jelas.. Kami datang aaa.. Kami datang aaa.. Senang..tenang..tenang.. Kami sejalan aaa.. Jelas..jelas..jelas.. Kami datang untuk musik KU NOBATKAN JADI FANTASI Dia penyepak skroutumku Porak porandalah daya fikirku Perangkat kemajuan komunikasi Hempaskan ku pada kerumitan cara Sekedar bicara Seru di dada Ku nobatkan jadi fantasi Sematkan dengan sensasi Lagupun telah tergubahkan Abadi merekat siksa kepala Tiada hal mustahil tuk di pertaruhkan Kan ku rebut arah mata mu Dengan binar paras merdeka Berlututlah waktu Ku nobatkan jadi fantasi Sematkan dengan sensasi COSMIC G-SPOT Tiada Jarvis Tiada pop Tiada beat disko Semua tenang Hingga tanpa suara terdengar Mari mari mari mari lekas Bercinta Mari mari mari mari lekas Bercinta Tanpa televisi Non aktifkan cell Compact disc, digital video Di simpan Hingga suasana heningnya Mari mari mari mari lekas Bercinta Mari mari mari mari lekas Bercinta DIGITAL VIDEO FESTIFAL Kita di masa depan Dan sedang menuju Jakarta Barat Sebelum Fatahillah Ada baiknya berputar arah Tepat di Glodok Raya Terdapatlah pusat film negara Istana dongeng dunia Dari Hollywood hingga ke Iran Mari pesta Digital Video Festival Tak guna antrian panjang Apalagi hanya popcorn yang mahal Karena kita gembira Bermodal awal lima ribuan Kan ku ajak kau dara Menyaksikan tutur gambar di rumah Bertumpuk keping bajakan Masih sempatnya kita berwacana Menggila Digital Video Festival ENERGY Berangkat ke jantung selatan Dalam bis kota bersama Orang-orang lelah Bermata lima watt Otak di peraduan Namun ku pergi dengan energy Lampaui batas Berjalan beratus meter ke depan Dari perhentian terakhir malam Orang-orang penghuni jalan Bergentayangan Namun ku lewati Mereka dengan semangat Tiada tandingan Aku kan segera di sana Bukan untuk berdansa Suasana disana meriah Dengan DJ, musik berdansa Pengeras suara Kudapati bintangnya malam Di tepi mereka Lalu ku dekati seraya Mencuri minuman Aku kan segera di sana Bukan untuk berdansa DI ANTARA HALUAN Kita langgar norma agar kian bersama karna gelombangmaha dasyat antar kita sang ibu telah murka sumpah di ikrarkan ranjau di tiap jalan di tanamkan oh betapa senangnya ku diantara haluan oh betapa senangnya melanjutkan jalan apa kita genggam adalah bara yg menyala sorak sorai sahabar kita menang namun pagar tinggi panjang tertancap dan megakar dan telah kita amini sejak mulai bicara DEKIL, KELAM, DAN SURAM Terkejut bukan kepalang saksikan mu hadir di muka pintu Tak lagi ku jumpa kuncir dua yamg sempat menjadi nama tengah mu Tumpukan berita dan gempuran nada ubahy gontai langkah kecilmu Kau rajah dirimu dengan pencitraan yg membuat gigiku ngilu Kau menapaki jalan ku Dekil kelam dan suram Kau menapaki jejakku Bukan hal menyenangkan semua orang punya cara lakukan-lakukan kupilih bukan terang lakukan lakukan ciptakan masa silam lakukan lakukan untuk kelak di tuturkan PERCAKAPAN DIkau berkostum merah sumpah menawan kemarau putuskanku sedikit terbuka Dibahu jalan kita berbagi mie instant di terpa lampu jalan ciamik nian *Percakapan kian mengukis malam Terbenam kita dalam wacana KIta ankat tema tantang kesempata tekanan orang-orang membuat geram Juga semua mimpi setelah di rangkumkan atau masa depan yang kian mengelikan Berandai hujan turun menerpa gelap kan kulindungi kamu (kan kau lindungi aku) di lengan kanan Byangkan ku yang ada di billboard jalan tentu kita telah lelap di selimut tebal* Tak berminat mata di pejamkan |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
Thread Tools | |
|