Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (pakai batik biru) bersama Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapati (pakai batik orange), Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede (pakai baju koko putih), dan Chief Executive Officer (CEO) Blibli.com Kusumo Martanto, saat meresmikan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) Pulo Gundul, Jakarta, Kamis (17/3/2016).
Sudah lebih dari satu pekan, kelompok relawan "Teman
Ahok" melakukan pengumpulan ulang formulir KTP yang sudah mencantumkan nama
Basuki Tjahaja Purnama dan Heru Budihartono sebagai bakal cagub dan bakal cawagub DKI Jakarta. Berdasarkan laman
www.temanahok.com, perolehan formulir KTP sudah mencapai sekitar 166.000.
"Padahal dulu kita waktu di awal, pernah sebulan cuma kumpulkan 15.000. Dapat KTP 100.000 saja itu setelah tiga bulan," ujar Juru bicara Teman
Ahok, Amalia Ayuningtyas, saat berbincang bersama Kompas.com di kantor sekretariat Teman
Ahok, Kompleks Graha Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat (18/3/2016).
Namun kondisi saat ini jauh berbeda. Amalia mengatakan dalam satu hari, mereka mampu mengumpulkan 10.000 formulir KTP. Sebelumnya, mereka menutup pengumpulan formulir yang hanya mencantumkan nama Basuki saja pada angka 700.000.
Amalia yakin pengumpulan KTP dukungan untuk
Ahok-Heru akan mencapai target dalam waktu dua bulan.
"Kita optimis dalam waktu dua bulan, kita bisa balik lagi ke 700.000," ujar Amalia.
Amalia mengatakan Teman
Ahok akan berjuang sekeras mungkin untuk mengumpulkan satu juta KTP sesuai format yang ditetapkan. Sebab, mereka telah membuat
Ahok memilih jalur independen dan bergantung kepada pengumpulan KTP masyarakat.
Jika kelompok relawan gagal memenuhi syarat dukungan KTP, maka
Ahok terancam gagal menjadi gubernur lagi.
"Karena kita yang dorong Pak
Ahok, berarti kita juga harus berani bertanggungjawab," ujar Amalia.
Kondisi sudah berbeda
Amalia merasakan proses pengumpulan KTP sudah berbeda setelah
Ahok memastikan akan maju lewat jalur independen. Sekarang dengan memanfaatkan media sosial, masyarakat justru yang mencari tahu informasi mengenai Teman
Ahok dan proses pengumpulan KTP-nya.
"Apa bedanya pengumpulan lama dan baru? Bedanya jauh banget. Kalau dulu kita berdarah-darah banget harus memperkenalkan diri kalau kami dari Teman
Ahok. Kalau sekarang enggak perlu itu, dengan sendirinya akan bantu Pak
Ahok," ujar Amalia.
Selain itu, Amalia juga merasa masyarakat saat ini aktif dalam melakukan pengawasan. Contohnya adalah kejadian kesalahan penulisan nama Basuki dalam formulir beberapa waktu lalu.
Teman
Ahok pertama kali mengetahui hal itu dari laporan masyarakat. Karena cepat ditangani, akhirnya masalah itu jadi cepat terselesaikan.
"Masyarakat yang partisipasi ke Teman
Ahok sekarang itu bukan yang pasif yang setelah kumpulkan KTP lalu sudah, tapi mereka aktif mengawasi juga," ujar Amalia.
Belum lagi soal banyaknya bantuan yang diterima Teman
Ahok. Baik dalam bentuk barang maupun tenaga. Amalia mengatakan Teman
Ahok tidak pernah menerima sumbangan dalam bentuk uang.
Kebutuhan Teman
Ahok selama ini selalu terpenuhi dengan adanya sumbangan warga dalam bentuk barang. Misalnya saja seperti bantuan pinjaman printer, beribu-ribu rim formulir, sampai ke kiriman makan siang.
Amalia merasakan banyak sekali orang yang sayang dengan Teman
Ahok dan tulus membantu demi majunya
Ahok dalam Pilkada DKI 2017.
Kemudian ada juga relawan yang menjaga booth-booth Teman
Ahok. Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa yang mencari kegiatan sampingan.
Teman
Ahok tidak bisa memberi gaji besar kepada mereka. Hanya uang pengganti ongkos transportasi yang bisa diberikan tiap bulannya. Meski tidak mendapat uang banyak, para relawan tersebut bersedia menjaga booth serta membimbing warga yang kesulitan dalam mengisi formulir KTP.
"Sumbangan besar buat Teman
Ahok itu bukan uang loh tapi tenaga. Katakanlah sebulan mereka hanya dikasih Rp 1 juta saja. Duh, kita tuh sebenarnya hutang budi loh sama orang-orang kayak gitu," ujar Amalia.