Thread: Jubah berkarat
View Single Post
  #1  
Old 18th November 2010
Buddha Buddha is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 1,075
Rep Power: 16
Buddha mempunyai hidup yang Normal
Default Jubah berkarat

Bagaikan karat yang timbul dari besi,
setelah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri, ...





Ada seorang thera bernama Tissa yang tinggal di Savatti. Suatu hari, ia menerima seperangkat jubah yang bagus dan merasa sangat senang. Ia bermaksud mengenakan jubah tersebut keesokan harinya. Sayang, malam harinya ia meninggal dunia.

Karena melekat pada seperangkat jubah yang bagus itu, ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal di dalam lipatan jubah. Berhubung tidak ada orang yang mewarisi benda miliknya, diputuskan bahwa seperangkat jubah tersebut akan dibagi bersama oleh bhikkhu-bhikkhu yang lain.

Ketika para bhikkhu sedang bersiap untuk membagi jubah di antara mereka, si kutu sangat marah dan berteriak, "Mereka sedang merusak jubahku!"

Teriakan ini terdengar oleh Buddha yang memang mempunyai kemampuan pendengaran luar biasa. Beliau segera mengirim seseorang untuk menghentikan para bhikkhu, dan memberi petunjuk agar mereka menunggu untuk menyelesaikan masalah jubah itu setelah tujuh hari. Maka pada hari ke delapan, barulah seperangkat jubah milik Tissa Thera itu dibagi oleh para bhikkhu.

Para bhikkhu bertanya kepada Buddha, mengapa Beliau menyuruh mereka menunggu selama tujuh hari sebelum melakukan pembagian jubah Tissa Thera.

Buddha berkata, "Murid-murid-Ku, pikiran Tissa melekat pada seperangkat jubah itu pada saat dia meninggal dunia, dan karenanya ia terlahir kembali sebagai seekor kutu yang tinggal dalam lipatan jubah tersebut. Kalau engkau langsung membagi jubah itu, Tissa si kutu akan merasa sangat membencimu dan ia akan terlahir di alam neraka (niraya).
Tetapi sekarang Tissa telah bertumimbal lahir di alam dewa Tusita, dan sebab itu, Aku memperbolehkan engkau mengambil jubah tersebut.

"Sebenarnya, para bhikkhu, kemelekatan sangatlah berbahaya, seperti karat merusak besi di mana ia terbentuk, begitu pula kemelekatan menghancurkan seseorang dan mengirimnya ke alam neraka (niraya).
Seorang bhikkhu sebaiknya tidak terlalu menuruti kehendak atau melekat dalam pemakaian empat kebutuhan pokok."



Kemudian Buddha membabarkan syair 240 Dhammapada berikut :

"Ayasava malan samutthitam
tatutthaya tameva khadati
evam atidhonacarinam
sani kammani nayanti duggatim."





Bagaikan karat yang timbul dari besi,
setelah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri,
begitu pula perbuatan-perbuatan sendiri yang buruk,
akan menjerumuskan pelakunya ke alam kehidupan yang menyedihkan.


Reply With Quote