Irak dan Iran
Nama-nama Irak dan Iran diturunkan dari Sanskrit. Akar katanya yang umum adalah “Ir”, seperti yang ditemukan dalam kata Sungai Irawati di Myanmar (Burma). Nama “Iranam” dalam Sanskrit, darimana nama Iran diturunkan, dipakai untuk menunjukkan daerah bergaram dan tandus. Ini adalah nama wilayah yang diberikan oleh para penguasa atau administratur yang berbicara Sanskrit. Ibukota Irak, Baghdad, juga memiliki sebuah nama yang didasarkan atas Sanskrit, Bhagwad atau Bhagwan Nagar, yaitu merujuk pada Nagar (sebuah kota) yang dipersembahkan kepada Bhagwan (Tuhan). Itu kemudian disingkat menjadi Bhagdad, yang berarti “Kota Tuhan”. Ini juga berarti bahwa ini bukanlah kota Muslim pertama, dikatakan telah dibangun oleh Caliph Al-Mansur dalam setahun, 762-63 A.D, tetapi merupakan salah satu taklukan pertama pusat-pusat Veda. Kalau tidak, tidak akan ia diberi nama yang diturunkan dari Sanskrit. Lebih jauh lagi, itu merupakan sebuah kota dengan tata kota yang direncanakan dengan baik, yang akan makan waktu jauh lebih lama dari satu tahun untuk membangunnya. Ini juga merupakan indikasi dari sebuah model falsifikasi atau penindasan fakta sejarah yang biasa dilakukan oleh agama-agama yang mengandalkan kekuatan bersenjata untuk menghapus atau menyembunyikan apapun kemajuan yang dimiliki oleh kultur sebelumnya.
Kurdisthan merupakan bagian Irak dan juga adalah nama Sanskrit. Bahasa dan adat-istiadat Kurdi masih membawa jejak-jejak yang tidak bisa salah berasal dari Sanskrit dan India sebagai sumbernya.
Satu hal yang menarik adalah bahwa kelurga kerajaan Iran, Pehlavi, memiliki akarnya dalam tradisi Kshatriya. Nama Pehlavi muncul pertama kali dalam episode Ramayana dimana Vishvamitra berusaha untuk menyingkirkan sapi suci milik Vashista. Sebutan gelar “Shah” juga adalah nama Vedic dan juga adalah nama belakang yang umum untuk orang Hindu. Raja Hindu Nepal juga memiliki gelar “Shah”. Raja Kshatriya dari Gwalior yang dipecat oleh Muslim adalah Ram Shah. Seorang patriot kaya-raya yang menyumbangkan seluruh hartanya kepada Rana Pratap untuk membantu mempertahankan India adalah Bhama Shah. Oleh sebab itu, gelar “Shah” di Iran hanya mengingatkan kita kepada tradisi para Kshatriya India yang pernah memerintah wilayah Iran. Kenyataannya, ketika Iran mulai diserang oleh invasi tentara Islam, banyak orang-orang biasa melarikan diri ke India. Sejarah juga mencatat bahwa keluarga kerajaan pada waktu itu juga diperkirakan melarikan diri meninggalkan Iran untuk mencari perlindungan di India. Jadi dengan adanya bukti bahwa orang-orang umum dan penguasa Iran berpikir untuk datang ke India selama masa penaklukan oleh tentara Islam membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang Hindu, bagian dari peradaban Veda.
Rig-veda, karena merupakan pustaka suci yang paling tua, dan bahasanya adalah Sanskrit, menyediakan bukti bahwa Sanskrit adalah nenek moyang dari semua bahasa yang diketahui. Bahasa Persia juga, karenanya merupakan sebuah dialek turunan Sanskrit. Sebagai contoh, banyak kota di Iran memiliki nama Sanskrit. Tempat kelahiran Omar Khayam, sastrawan Persia terkenal, adalah Nishapur, yang adalah murni sebuah nama Sanskrit. Tentara India yang ditugaskan di Asia Barat selama Perang Dunia I dan II melaporkan telah melihat kuil-kuil deity India seperti Ganesha dan Shankar (Shiva) dalam kondisi rusak di suatu daerah terpencil di Iran, Afghanistan, dan negara-negara lain. Mytologi penduduk Iran juga memiliki kaitan dengan cerita-cerita Veda.
Satu hal yang lebih menarik adalah bahwa penduduk Iran juga mengetahui tentang Lord Rama, sebagaimana disebutkan oleh Koenraad Elst dalam bukunya,
Indigenous Indians: Agastya to Ambedkar (Voice of India, New Delhi, 1993). Ia menulis bahwa menurut Ghosh, nama Rama muncul pada bagian paling awal Avesta sebagai dewa perdamaian, ditemani oleh Vayu, dewa angin. Penyebutan tentang Vayu ini sepertinya yang dimaksud adalah Hanuman, pemuja dan kawan terdekat Rama, putra dewa Vayu. Vasistha, gurunya Rama, juga disebut sebagai Vahista, yang memiliki
Gatha-nya sendiri yang dipersembahkan untuknya,
Vahishte-Ishti-Gatha. Ini adalah sebelum revolusi Zoroastrian. Juga, banyak ritual penduduk Iran mirip dengan tata cara Veda, seperti pemakaian benang suci. Jadi ini mencerminkan migrasi penduduk Iran permulaan keluar India sejak jaman dahulu, pada sekitar 1900 atau 1800 B.C.
Bukti lebih jauh lagi adalah bahwa demon utama dalam Avesta adalah Angra Mainyu, yang adalah Angira dan Manyu dari Rigvedic. Keluarga Angira adalah salah satu keluarga besar rishi dalam Rig-veda, sementara Manyu adalah Indra dalam wujud sebagai perusak di dalam Rig-veda (10.83 & 10.84). Nama-nama dewa penduduk Iran mirip dengan di Veda:
IRANIAN——— —–VEDIC
Ahura —————–Asura
Mithra———– ——Mitra
Naonhaithya (demon)—Nasatya
Thrita & Athvya——–Trita/Aptya
Aspina—————–Ashvina
Yima——————-Yama
Vivanhant————–Vivasvat
Indra (demon)———-Indra (demigod)
Yashna—————–Yajna (diucapkan Yagya, ritual)
Athravan (pendeta)—–Atharvan
Haoma—————–Soma
Sumber terjemahan dari buku “Proof of Vedic Culture’s Global Existence” oleh Stephen Knapp.