![]() |
Disturbing Behavior - 51/53 - Vandalisme VANDALISME Vandalisme adalah tindakan secara sadar merusak properti milik umum maupun milik pribadi tanpa alasan yang jelas. Suatu program FBI bernama Uniform Crime Reporting Program (UCR) mendefinisikan vandalisme sebagai tindakan secara disengaja atau berdasarkan kemarahan, yang merusak, melukai, perusak wujud, atau penghubung barang apapun baik milik umum (pemerintah) maupun pribadi, secara nyata maupun tidak, tanpa persetujuan dari pemilik atau pihak yang berwenangataupun yang mengendalikan. Menurut US. Departement of Justice's Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention (OJJDP), yakni Kantor Peradilan Remaja dan Pencegahan Tindak Kenakalan Remaja, Departemen Kehakiman AS, selama tahun 2000, jumlah anak muda yang tertangkap karena vandalisme adalah 114.100 orang, 12 persennya adalah wanita dan 44 persen berusia di bawah lima belas tahun. Remaja mungkin melakukan tindak perusakan karenan mereka mencari perhatian, akibat bergaul dengan kelompok yang salah, atau ingin menjadi terkenal. Penyebab lainnya mungkin adalah rasa bosan dan jenuh akibat kurangnya aktivitas bagi anak usia remaja dan kurangnya perhatian dari pihak orang dewasa. Orang dewasa dengan berbagai cara telah memisahkan dan mengalihkan perhatian mereka dari dunia anak muda, dimanan merek alupa bahwa mereka sendiri dahulu juga pernah muda. Para pemimpin kelompok kaum muda, guru, juga orangtua dapat mengenali remaja yang tengah menghadapi masalah vandalisme melalui perilaku mereka berkaitan dengan benda-benda milik orang lain. Mereka merusak apapun di sekitar mereka dengan mencorat-coret, merobek atau mencabik benda itu. Di ruang kelas, para remaja merusak papan meja di tempat duduk mereka dengan mencoret atau mengguratkan nama-nama, tanda atau lambang yang mereka senangi. Mereka menulis graffiti (coretan gambar, nama atau simbol dengan cat semprot) di rambu lalulintas, di dinding kereta, atau dinding kamar mandi; mereka menmenyemprotkan cat ke segala tempat, memecahkan kaca, merusak kotak surat, merusak atau bahkan membongkar makam. Vandalisme menimbulkan biaya bagi pusat-pusat bisnis, sekolah, dan para pemilik rumah lebih dari $15 milyar per tahun, tetapi bagi pihak sekolah hal itu lebih dari sekedar uang. Uang dna tenaga dalam jumlah yang luar biasa besar telah dikeluarkan untuk membangun dan memperbaiki gedung sekolah, namun vandalisme merusak semuanya itu. Vandalisme menyia-nyiakan sumber daya hanya untuk perbaikan dan memaksa sumber daya yang ada untuk terus menenrus menghadapi berbgaia kerusakan yang terus terjadi.Siapakah yang menyediakan uang tambahan untuk menangani akibat dari vandalisme? Para wajib pajak! Murid-murid yang menyiramkan tinta atau cat ke dinding, batu-batu di taman atau jendela, atau pintu menimbulkan sederetan biaya, yang harus dilunasi oleh orangtua mereka. Selain itu, vandalisme juga menodai kebanggaan sekolah. [ara pelaku perusahaan tidak memiliki rasa bangga atas segala benda yang mereka rusak, dan tidak adanya rasa bangga ini menyebar ke organisasi siswa dan sekolah mereka. Para murid tidak bisa bangga terhadap sisi-sisis kayu yang digurati, jendela-jendela yang ditutup papan (sebagai ganti kaca yang telah pecah), atau tembok-tembok yang dikotori graffiti. Oleh sebab itu, vandalisme tidak hanya mengeluarkan biaya uang dan waktu, tetapi itu juga mengurangi kebanggaan, kesatuan, dan rasa hormat yang menjadi gambaran sekolah dan komunitas sekolah. Para remaja seringkali tidak memikirkan akibat perbuatan mereka . Mereka tidak hanya akan ditangkap tetapi juga harus membayar atau memperbaiki kerusakan yang mereka timbulkan,. Mereka harus memohon maaf kepada para korban. Konteks emosional dari hukuman seperti ini dapat "menyembuhkan" remaja dari perilaku vandalisme. Pekerja pelayan pemuda-pemudi,guru dan orangtua dapat mencegah vandalisme dengan cara mengajarkan kebenaran dengan menunjukkan conoth dan akibat dari tindakan itu. Rekamam video dapat menunjukkan apa itu vandalisme dan apa yang akan terjadi pada pelakunya. Murid-murid tidak akan memahami bahwa apa yang mereka lakukan itu salah sampai mereka melihat apa yang terjadi. Jika mereka membayangkan bagaiaman rasanya jika ada orang yang merusak barang-barang mereka, maka mereka akan memahami apa yang telah mereka lakukan. Remaja harus memahami bahwa vandalisme itu salah, tidak hanya terhadap barang yang telah mereka rusak, tetapi juga terhadap orang-orang yang harus memperbaiki, mengganti, atau membayar biaya akibat kerusakan yang sudah mereka timbulkan. |
All times are GMT +7. The time now is 08:49 PM. |