TEMPO Interaktif, Beijing - Efek domino "Revolusi Melati" yang dimulai dari Timur Tengah menuju Afrika Utara kini menular hingga Asia. Kemarin pemerintah Cina memblokir kata atau seruan yang berhubungan dengan revolusi sekaligus menangkap 15 aktivis yang terlibat dalam gerakan revolusi daring (online) ala Tunisia dan Mesir.
Sejak akhir pekan lalu, beberapa aktivis hak asasi manusia asal Cina lewat jejaring sosial, yaitu Twitter dan Facebook, menyerukan unjuk rasa di 13 kota besar kemarin. Beberapa aktivis juga menelepon layanan daring pemerintah. Mereka berseru, "Kami ingin makanan cukup", "Kami butuh tempat tinggal layak", atau "Kami perlu keadilan".
Namun pemerintah Cina segera bertindak dengan menutup seruan itu dari dunia maya. Ribuan polisi pun dikerahkan untuk menjaga sejumlah tempat yang direncanakan sebagai pusat demonstrasi, seperti Beijing, Shanghai, Harbin, Guangzhou, dan Chengdu.
"Meski kemakmuran meningkat, kami menghadapi konflik ketika kemampuan partai (komunis) diuji," kata Presiden Cina Hu Jintao dalam pertemuan yang dihadiri oleh pimpinan tertinggi Partai Komunis. Sehingga, kata dia, Cina perlu mengelola penggunaan Internet di negaranya dengan ketat. Kini pengguna Internet di Cina mencapai 450 juta.
Washington Post | ABC News | Reuters | Rudy P