TEMPO Interaktif, Palu � Pencarian 11 penambang emas yang diduga tertimbun tanah longsor di areal penambangan emas Poboya, Palu, Sulawesi Tengah terus dilakukan. Upaya pencarian dengan menggunakan sebuah alat eskavator untuk menggali material longsoran. �Alat berat masih bekerja di lapangan, belum ada tanda-tanda korban ditemukan,� kata Juru bicara Polda Sulawesi Tengah, Komisaris Polisi Kahar Muzakkir, Jumat (11/2).
Ia mengatakan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menurunkan Satuan Khusus Brimob untuk mencari penambang. Dua mobil ambulans milik RS Bhayangkara juga sudah disiapkan di areal tambang. Namun sampai kini upaya pencarian belum membuahkan hasil.
Menurut Kahar, jumlah penambang yang tertimbun longsor belum diketahui secara pasti. Bisa 11 penambang atau lebih. ��Selama ini, data akurat mengenai korban tewas di pertambangan Poboya mencapai 10 orang,�� katanya.
Para penambang itu tertimbun tanah longsor pada Kamis(3/1) malam pekan lalu. Menurut saksi mata ,Fanri , dia sudah mengingatkankawan-kawannya agar tidak masuk ke dalam lubang. Namun, mereka tetap saja masuk sampai akhirnya terjadi longsor. Kejadian ini baru diketahui umum kemarin, hampir seminggu setelah kejadian.
��Untungnya masih ada sekitar empat orang yang berhasil meloloskan diri dari timbunan longsor. Sedangkan yang tertimbun saya juga belum tau persis jumlahnya. Yang jelas ada yang tertimbun,�� kata Fanri.
Proses pencarian penambang yang tertimbun ini cukup rumit. Karena kedalaman lubang mencapai 30 meter di lereng gunung yang selama ini ditambang.
Disisi lain, Rahman Y Topasando, Pengurus Barisan Muda Tara (Batara), organisasi para penambang tradisional itu membantah adanya penambang yang tertimbun. Isu ini, kata dia sekadar dihembuskan agar polisi bisa masuk ke dalam areal tambang. �Ini cara Polda saja menempatkan aparatnya agar PT Citra Palu Mineral (CPM) bisa medmasukkan alat-alat beratnya., �katanya.
Tambang emas Poboya ini termasuk dalam wilayah kontrak karya PT Citra Palu Mineral (CPM), anak perusahaan PT Bumi Resources .
Darlis
