Ceriwis - Pasar Shock, Rupiah Dibuka Anjlok di Rp9.200

JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka anjlok di kisaran level Rp9.200 per USD. Pasar Indonesia shock dengan berita pengunduran Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) yang dikenal sebagai Menteri yang bertangan dingin menangani masalah fiskal Indonesia kemarin pagi.

Selain itu, pasar uang dalam negeri masih akan terpengaruh dengan sentimen negatif dari global dan dalam negeri. Terpantau, nilai tukar Tanah Air dibuka anjlok Rp9.008 per USD, jika dibandingkan penutupan sebelumnya di kisaran Rp9.112 per USD.

"Kami perkirakan rupiah lebih mempunyai kecenderungan melemah berkisar antara Rp9.070-Rp9.150 per USD," ujar analis Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih, dalam buletin yang dipublikasikan di Jakarta, Kamis (6/5/2010).

SMI sebagai icon dari reformasi birokrasi di Kementrian Keuangan mendapat banyak pujian dan termasuk salah satu orang yang berpengaruh di dunia. SMI mendapat tawaran dari Bank Dunia (BD) sebagai Managing Director, posisi kedua terpenting di BD, ditengah tekanan politik yang menimpanya di dalam negeri. "Pasar Indonesia sangat kaget, terlihat dari melemahnya rupiah dan IHSG yang cukup dalam," katanya.

Pada perdagangan penutupan kemarin indeks Dow Jones dan harga WTI ditutup turun membuat sentimen pasar Asia akan cenderung melemah pada hari ini. Saat itu, pasar juga menunggu pengumumam Presiden SBY mengenai siapa yang akan menggantikan SMI sebagai Menteri Keuangan.

Kendati disaat yang sama sentimen pasar global juga negatif karena kekawatiran investor terhadap masalah Yunani dan Portugal, tetapi isu SMI ini membuat IDR melemah 78 poin ke Rp9.093 per USD (kurs tengah Bloomberg).

"Pelemahan rupiah ini tampaknya juga membawa pelemahan won yang cukup dalam, sedangkan sebagian besar mata uang Asia lainnya juga melemah terbawa pelemahan euro," katanya.

Sementara itu IHSG turun 112,78 menjadi 2.846,24. Sebagian besar indeks di bursa Asia melemah kecuali bursa Jepang dan China. Pelemahan juga terjadi di harga minyak WTI yang turun kembali ke USD79,97 per barel. "Penurunan ini menjadi indikasi keyakinan terhadap pemulihan ekonomi AS melemah lagi padahal memasuki musim panas di AS biasanya harga minyak cenderung naik," pungkasnya.